Pembelajaran SKI di Madrasah
ALI BIN ABI THALIB:
MENELADANI KESEDERHANAAN SANG PEMIMPIN
MENELADANI KESEDERHANAAN SANG PEMIMPIN
oleh:
Ukhti Maslakhah
Ndaru Wahyu Nugraha
KOMPETENSI INTI
1. Memahami kisah Ali bin Abi Thalib sebagai Khulafaur Rasyidin dari lahir hingga wafat.
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghayati pola kepeminpinan Khulafaur Rasyidin sebagai implementasi dari kewajiban berdakwah.
1.2 Mendeskripsikan perjalanan Ali bin Abi Thalib sebagai Khulafaur Rasyidin beserta prestasi-prestasi yang diraih.
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghayati pola kepeminpinan Khulafaur Rasyidin sebagai implementasi dari kewajiban berdakwah.
1.2 Mendeskripsikan perjalanan Ali bin Abi Thalib sebagai Khulafaur Rasyidin beserta prestasi-prestasi yang diraih.
1.3 Mengambil ibrah dari kepemimpinan Khulafaur Rasyidin ketika menjadi pemimpin Negara.
A. MATERI
1. Biografi Ali in Abi Thalib
Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fatimah bin Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil. Beliau diasuh sebagaimana anak sendiri karena kondisi ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan langsung dari nabi Muhammad saw sehingga menjadi seorang yang berbudi tinggi dan berjiwa luhur.
A. MATERI
1. Biografi Ali in Abi Thalib
Ali bernama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fatimah bin Asad bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M atau 32 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi Muhammad saw sejak kecil. Beliau diasuh sebagaimana anak sendiri karena kondisi ayahnya yang miskin. Beliau mendapat didikan langsung dari nabi Muhammad saw sehingga menjadi seorang yang berbudi tinggi dan berjiwa luhur.
Ali bin Abi Thalib masuk islam saat berusia tujuh tahun. Beliau adalah anak kecil yang pertama masuk islam, sebagaimana Khadijah adalah wanita yang pertama masuk islam, Abu Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama masuk islam. Ali bin Abi Thalib mendapat nama panggilan Abu Turab (Bapaknya Tanah) dari Nabi saw. Abu Turab adalah panggilan yang paling disenangi oleh Akli karena nama itu adalah kenang-kenangan berharga dari Nabi saw.Ali adalah salah seorang dsri sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ali adalah laki-laki pertama masuk islam dan pertama dari golongan anak kecil. Beliau dinikahkan dengan putri Nabi saw, Fathimah az-Zahra. Lahir dari Fatimah dua anak yaitu Hasan dan Husein.[1]
Sikap pemberani dan pertarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang diikutinya. Pada perang Badar beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy. Beliau berhasil membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau merupakan salah satu pertarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy.
Perang saudara pertama dalam islam, perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, pada tanggal 17 ramadan 40 hijriyah. Beliau dikuburkan secara rahasia di Najaf.
2. Ali bin Abi Thalib Dilantik Sebagai Khalifah
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan maksud mendukung sebagai khalifah, dipelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang merupakan tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan khalifah Usman-termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib. Disamping itu, mayoritas umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihannya pada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang tidak mau membaiat Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik waktu itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin. Waktu itu tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan diantara mereka menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada mereka. Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang mengatakan bahwa pagi itu adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta sahabat-sahabat Rasulullah dari kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka akan menemui Ali bin Abi Thalib di rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan tanpa ragu Talhah dan Zubair akan membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat yang ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu hijrah, sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang penulis wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi, dan terus mendampinginya sampai yang terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit hingga meninggalnya dan memandikan jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya sampai ke pemakaman yang turun ke lubang lahad.
3. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan hal itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi anggota Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang membaiatnya hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala peristiwa besar yang terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.
4. Mulai Menghadapi Tugas
Pada masa Usman itu sekitar tahun-tahun 31-34 (655) angkatan laut Rumawi dengan 500-600 kapal dibawah pimpinan komandan, anak Heraklius berangkat mengarungi laut tengah endak menyerang armada Muslimin. Perjalanan mereka ini sudah di ketahui oleh pihak Muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Abi Surh gubernur Mesir ketika itu, dengan 200 kapal yang mengangkut pasukan pemberani, tangkas dan sudah terlartih. Mereka berlabuh jauh dari Iskandariah, dijalan yang akan dilaui armada Rumawi. Sekarang kedua armada itu maju. Setelah itu pertempuran luar bagi laut berkobar begitu sengit. Kedua armada itu sydah bercampur, anggota-anggota oasukan masing-masing dengan pedang ditangan.
Armada laut ini merupakan yang pertama dalam sejarah Islam, dibangun atas inisiatif Mu’awiyah selaku gubernur Syam waktu itu. Tetapi usahanya itu ditolak oleh Khalifah Umar, yang menganggap belum waktunya. Armada ini dibangun kemudian pada masa Khalifah Usman.
Tapi kurang pula bahayanya bagi kedaulatan dan umat yang belum mencapai seabad itu umurnya selain ancaman yang datang dari luar, juga bahaya yang datang dari dalam. Kaum pemberontak masih leluasa mencabik-cabik Kedaulatan ini-yang daeri Mesir, Kufah dan Basrah- masing-masing berkuasa sendiri-sendiri dan akan menebarkan teror ditengah-tengah penduduk Medinah. Ditambah lagi jemaah haji lepas menunaikan ibadah haji dan akan kembali ke daerah masing-masing, mereka sudah merasa sudah tanpa pemimpin. Masing-masing mereka akan mengangkat kepemimpinannya sendiri dan kembali kepada sistem kekuasaan kabilah. Kedualatan islam, persatuan dan kesatuan umat akan hancur, semua inilah yang kemudian menjadi beban Khalifah yang baru bertugas.
5. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih kasih, atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara teratur memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri, Ibn Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan pribadi. Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra pergi ke Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.
Amirulmukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Ubaidullah bin Abbas untuk Yaman menggantikan Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan, karena ketika Ubaidullah tiba Ya’la sudah oergi ke Mekkah dengan membawa hartanya. Banyak orang yang pergi ke Mekah, karena ditempat suci ini, sebagai tempat berlindung orang merasa lebih aman, tak boleh diganggu.
Sama halnya dengan Usman bin Hunaif ketika sampai di Basrah, wakil Khalifah Usman di kota ini, Abdullah bin Amir al-Hadrami, sudah lebih dulu berangkat ke Mekah, dengan membawa haerta yang dapat dibawanya. Yang juga masih menjadimasalah adalah calon gubernur untuk Kufah. Umarah bin Syihab. Setelah mendekati kota ia dcegat oleh penduduk Kufah, dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang tidak mengharapkan kedatangannya, dan memintanya kembali ke medinah.
6. Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sepeninggalan khalifah Utsman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai. Berikut langkah-langkah Ali bin Abi Thalib yang dianggap sebagai prestasi:
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
Sikap pemberani dan pertarung sejati dibuktikan di beberapa peperangan yang diikutinya. Pada perang Badar beliau melakukan duel satu lawan satu dengan kafir Quraisy. Beliau berhasil membunuh musuhnya kafir Quraisy. Begitu juga ketika perang Uhud, beliau merupakan salah satu pertarung yang berduel dengan perwakilan kafir Quraisy.
Perang saudara pertama dalam islam, perang Siffin pecah diikuti dengan merebaknya fitnah seputar kematian Utsman bin Affan membuat posisi Ali sebagai khalifah menjadi sulit. Beliau meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdurrahman bin Muljam, pada tanggal 17 ramadan 40 hijriyah. Beliau dikuburkan secara rahasia di Najaf.
2. Ali bin Abi Thalib Dilantik Sebagai Khalifah
Kaum pemberontak mengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Talib dengan maksud mendukung sebagai khalifah, dipelopori oleh al-Gafiqi dari pemberontak Mesir sebagai kelompok terbesar. Tetapi Ali menolak. Setelah khalifah Usman tak ada orang lain yang pantas menjadi khalifah dari pada Ali bin Abi Thalib. Dalam kenyataannya Ali memang merupakan tokoh paling populer saat itu. Disamping itu, memang tak ada seorang pun ada yang mengklaim atau mau tampil mencalonkan iri atau di calonkan untuk menggantikan khalifah Usman-termasuk Mu'awi’ah bin Abi Sufyan-selain nama Ali bin Abi Thalib. Disamping itu, mayoritas umat Muslimin di Medinah dan kota-kota besar lainnya sudah memberikan pilihannya pada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanyakan dari Bani Umayyah yang tidak mau membaiat Ali, dan sebagian dari mereka ada yang pergi ke Suria.
Bagaimana pun mayoritas Muslimin di Medinah sudah membaiat Ali. Kalau ada beberapa orang sahabat yang belum bersedia membaiatnya, hanya karena situasi politik waktu itu. Ini tidak berarti bahwa kekhalifahan tidak diterima oleh sebagian besar Muslimin. Waktu itu tak ada orang yang menuntut kekhalifahan, termasuk Mu’awiyah. Perbedaan diantara mereka menyangkut soal para pembunuh dan bentuk hukuman yang akan dijatuhkan kepada mereka. Agak berbeda sedikit dengan sumber-sumber diatas, ada juga yang mengatakan bahwa pagi itu adalah Talhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam serta sahabat-sahabat Rasulullah dari kalangan Muhajirin dan Ansar sedang berkumpul. Mereka akan menemui Ali bin Abi Thalib di rumahnya, dan dalam dialog mereka dengan Ali, dan tanpa ragu Talhah dan Zubair akan membaiatnya. Juga tak disebut-sebut adanya intervensi kaum pemberontak.
Orang sudah tahu bahwa dalam pertalian darah Ali bin Abi Talib adalah orang-orang terdekat kepada Nabi. Dia sepupu Nabi, sejak kecil sudah bersama-sama, Muslim pertama dikalangan pemuda dan kalangan Banu Hasyim, diserahi mengurus barang-barang amanat yang ditinggalkan di Mekah saat Nabi hijrah ke Medinah, yang dipersaudarakan nya waktu hijrah, sebagai anggota keluarga yang sehari-hari mendampinginya, sebagai salah seorang penulis wahyu, sebagai suami Fatimah putri Nabi, dan terus mendampinginya sampai yang terakhir dia pula yang mengurus Rasulullah ketika sakit hingga meninggalnya dan memandikan jenazah yang suci, dan menghantarkan jenazah nya sampai ke pemakaman yang turun ke lubang lahad.
3. Sesudah Pelantikan
Pada jumat pertama setelah pembaiatan itu, jenazah berkumpul di masjid dan menyatakan penyesalan dan kesedihannya atas kematian Usman r.a. banyak orang yang menyesalkan Talhah dan Zubair. Mereka menyalahkan kedua orang itu karena membiarkan hal itu terjadi. Tetapi Talhah berkata, bahwa sikapnya sejak dulu tak berubah, bahwa ia telah mencampuradukkan dosa dengan tobat sehigga membuat mereka tidak senang atas kedaulatannya, tetapi juga mereka tak senang dengan terjadxinya pembunuhan itu. Kemudian Zubair juga mengatakan bahwa dengan karunia Allah mereka telah menagut sistem syura itu yang telah menghilangkan para nafsu jahat.anggota Majelis Syura dan para veteran Bdr sudah bermusyawarah. Kita sudah sama-sama setuju dan kita membaiat Ali bin Abi Talib. Jadi anggota Majelis dan veteran Badr sudah setuju, dan jika belum ada dari mereka yang membaiatnya hendaklah segera membaiat. Mengenai pembunuhan Usman, dan segala peristiwa besar yang terjadi sebelum itu, mereka serahkan kepada kehendak Allah.
4. Mulai Menghadapi Tugas
Pada masa Usman itu sekitar tahun-tahun 31-34 (655) angkatan laut Rumawi dengan 500-600 kapal dibawah pimpinan komandan, anak Heraklius berangkat mengarungi laut tengah endak menyerang armada Muslimin. Perjalanan mereka ini sudah di ketahui oleh pihak Muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Abi Surh gubernur Mesir ketika itu, dengan 200 kapal yang mengangkut pasukan pemberani, tangkas dan sudah terlartih. Mereka berlabuh jauh dari Iskandariah, dijalan yang akan dilaui armada Rumawi. Sekarang kedua armada itu maju. Setelah itu pertempuran luar bagi laut berkobar begitu sengit. Kedua armada itu sydah bercampur, anggota-anggota oasukan masing-masing dengan pedang ditangan.
Armada laut ini merupakan yang pertama dalam sejarah Islam, dibangun atas inisiatif Mu’awiyah selaku gubernur Syam waktu itu. Tetapi usahanya itu ditolak oleh Khalifah Umar, yang menganggap belum waktunya. Armada ini dibangun kemudian pada masa Khalifah Usman.
Tapi kurang pula bahayanya bagi kedaulatan dan umat yang belum mencapai seabad itu umurnya selain ancaman yang datang dari luar, juga bahaya yang datang dari dalam. Kaum pemberontak masih leluasa mencabik-cabik Kedaulatan ini-yang daeri Mesir, Kufah dan Basrah- masing-masing berkuasa sendiri-sendiri dan akan menebarkan teror ditengah-tengah penduduk Medinah. Ditambah lagi jemaah haji lepas menunaikan ibadah haji dan akan kembali ke daerah masing-masing, mereka sudah merasa sudah tanpa pemimpin. Masing-masing mereka akan mengangkat kepemimpinannya sendiri dan kembali kepada sistem kekuasaan kabilah. Kedualatan islam, persatuan dan kesatuan umat akan hancur, semua inilah yang kemudian menjadi beban Khalifah yang baru bertugas.
5. Kebijakan Amirul Mukminin Menjalankan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahan, Ali berusaha bersikap tidak berat sebelah, pilih kasih, atau nepotisme. Ia dikenal sangat keras terhadap gubernur-gubernurnya, dengan secara teratur memantau tindakan-tindakan mereka. Diceritakan, suatu ketika keponakannya sendiri, Ibn Abbas, yang menjabat gubernur Basra, mengambil uang Baitul Mal untuk kepentingan pribadi. Ali langsung menegurnya, sehingga saking takutnya Ibn Abbas meninggalkan Basra pergi ke Mekkah. Jelaslah Ali tidak pilih-pilih bulu.
Amirulmukminin terus melangkah mengadakan pembersihan dalam lingkungan pejabatnya. Untuk menggantikan para gubernur lama ia mengangkat sepupunya Ubaidullah bin Abbas untuk Yaman menggantikan Ya’la bin Umayyah. Ia tidak menemui kesulitan, karena ketika Ubaidullah tiba Ya’la sudah oergi ke Mekkah dengan membawa hartanya. Banyak orang yang pergi ke Mekah, karena ditempat suci ini, sebagai tempat berlindung orang merasa lebih aman, tak boleh diganggu.
Sama halnya dengan Usman bin Hunaif ketika sampai di Basrah, wakil Khalifah Usman di kota ini, Abdullah bin Amir al-Hadrami, sudah lebih dulu berangkat ke Mekah, dengan membawa haerta yang dapat dibawanya. Yang juga masih menjadimasalah adalah calon gubernur untuk Kufah. Umarah bin Syihab. Setelah mendekati kota ia dcegat oleh penduduk Kufah, dipimpin oleh Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi yang tidak mengharapkan kedatangannya, dan memintanya kembali ke medinah.
6. Prestasi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Sepeninggalan khalifah Utsman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai. Berikut langkah-langkah Ali bin Abi Thalib yang dianggap sebagai prestasi:
a. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap
Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap bekerja.
Adapun gubernur baru yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib antara lain:
- Said bin Hanif sebagai gubernur Syiria
- Usman bin Hanif sebagai gubernur Basrah
- Qays bin Sa’ad sebagai gubernur Mesir
- Umrah bin Syahab sebagai gubernur Kufah
- Ubaidillah bin Abbas sebagai gubernur Yaman
b. Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.[2] Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat Utsman bin Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Alquran dan Hadis.
d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
7. Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib
Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah untuk memperkuat dan meluaskan kekuasaanya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya, sungguh sangat fatal bagi Ali. Tentara Ali semakin lemah. Sementara kekuatan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan Muawiyah mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui perjanjian damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti khalifah mengakui keabsahan kepemilikan Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa disuga ternyata mengeraskan amarah kaum khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai. Tepat pada 17 Ramadan 40 H (661 M) khalifah berhasil ditikam oleh Ibn Muljam, seorang anggota khawarij yang sangat fanatik. Sedangkan wilayah islam sudah meluas bagi baik ke timur, Persia, maupun ke barat, Mesir.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Hasan berpidato, “ Kalian telah kehilangan sebaik-baik orang yang jika disuruh Rasulullah untuk memimpin tentara, dia tidak gentar ataupun mundur dari tugas”. Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hasan, Husain dan Abdullah bin Ja’far. Setelah itu yang bertugas menjadi imam adalah Hasan bin Ali.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kedudukan khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, makan Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga meyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H (661), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah islam sebagai tahun Jama’ah. Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafa Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam.
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijelankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Cara ini kadang-kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian murid.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Meski teknik ceramah ini adalah teknik mengajar yang tradisional dan yang digunakan oleh setiap guru sudah lama sekali, namun teknik ceramah ini mempunyai keunggulan pula seperti yang kita lihat bahwa guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan atau mempunyai kesibukan segera akan diketahui, kemudian diberikan teguran atau peringatan sehingga mereka kembali memperhatikan pelajaran dari guru. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah, kegiatan siswa yang sejenis itu tidak perlu guru membagi-bagi perhatian, anak-anak serempak mendengarkan guru dan guru sepenuh perhatian dapat memusatkan pada kelas yang sedang sama-sama mendengarkan pelajarannya.
Setiap teknik tidak lepas dari kelemahan, begitu juga teknik berceramah ini memiliki kelemahan pula. Adapun kelemahan yang dapat kita lihat ialah guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya. Apakah ketenangan atau kediaman mereka dalam mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa mereka telah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru? Hal itu masih perlu dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut. Apakah dengan sikap diam itu berarti siswa disiplin patuh mendengarkan pelajaran dengan baik? Ataukah tidak ada kemungkinan bahwa siswa asyik mendengarkan pelajaran dengan penuh perhatian itu, dalam menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang berbeda mengenai apa yang kita jelaskan pada mereka, baik mengenai kata-kata maupun istilahnya, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga lain dengan apa yang dimaksudkan oleh guru.[3]
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Mengajar dengan metode diskusi ini berarti:
Pada masa khalifah Utsman bin Affan, banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara. Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki tanggung jawab untuk membereskan permasalahan tersebut. Beliau menyita harta para pejabat tersebut yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.[2] Kebijakan tersebut mendapat tantangan dan perlawanan dari matan penguasaan dan kerabat Utsman bin Affan. Mereka mengasut para sahabat yang lain untuk menentang kebijakan Ali bin Abi Thalib. Dan melakukan perlawanan terhadap Khalifah Zali bin Abi Thalib. Akibatnya terjadi peperangan seperti perang Jamal dan perang Shiffin.
c. Memajukan Bidang Ilmu Bahasa
Pada saat khalifah Ali bin Abi Thalib memegang pemerintahan, wilayah islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan huruf hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhommah dan syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Alquran dan hadis di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab.Untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Alquran dan Hadis. Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad- Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahsa arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non Arab dalam mempelajari sumber utama ajaran islam, yaitu Alquran dan Hadis.
d. Bidang Pembangunan
Khalifah Ali bin Abi Thalib membangun kota Kuffah secara khusus. Pada awalnya kota Kuffah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi kota Kuffah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
7. Akhir Hayat Ali bin Abi Thalib
Khawarij yang bermarkas di Nahrawan benar-benar merepotkan khalifah, sehingga memberikan kesempatan kepada pihak Muawiyah untuk memperkuat dan meluaskan kekuasaanya sampai mampu merebut Mesir. Akibatnya, sungguh sangat fatal bagi Ali. Tentara Ali semakin lemah. Sementara kekuatan Muawiyah bertambah besar. Keberhasilan Muawiyah mengambil propinsi Mesir, berarti merampas sumber-sumber kemakmuran dan suplai ekonomi dari pihak Ali.
Karena kekuatannya telah banyak menurun, terpaksa khalifah Ali menyetujui perjanjian damai dengan Muawiyah, yang secara politis berarti khalifah mengakui keabsahan kepemilikan Muawiyah atas Suriah dan Mesir. Kompromi tersebut tanpa disuga ternyata mengeraskan amarah kaum khawarij untuk menghukum orang-orang yang tidak disukai. Tepat pada 17 Ramadan 40 H (661 M) khalifah berhasil ditikam oleh Ibn Muljam, seorang anggota khawarij yang sangat fanatik. Sedangkan wilayah islam sudah meluas bagi baik ke timur, Persia, maupun ke barat, Mesir.
Setelah ayahnya meninggal dunia, Hasan berpidato, “ Kalian telah kehilangan sebaik-baik orang yang jika disuruh Rasulullah untuk memimpin tentara, dia tidak gentar ataupun mundur dari tugas”. Jenazah Ali bin Abi Thalib dimandikan oleh Hasan, Husain dan Abdullah bin Ja’far. Setelah itu yang bertugas menjadi imam adalah Hasan bin Ali.
Setelah wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, kedudukan khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan lemah, sementara Muawiyah semakin kuat, makan Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga meyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam islam. Tahun 41 H (661), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah islam sebagai tahun Jama’ah. Dengan demikian berakhirlah yang disebut masa Khulafa Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik islam.
B. METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijelankan dalam sejarah Pendidikan ialah cara mengajar dengan ceramah. Sejak dahulu guru dalam usaha menularkan pengetahuannya pada siswa, ialah secara lisan atau ceramah. Cara ini kadang-kadang membosankan, maka dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian murid.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.
Meski teknik ceramah ini adalah teknik mengajar yang tradisional dan yang digunakan oleh setiap guru sudah lama sekali, namun teknik ceramah ini mempunyai keunggulan pula seperti yang kita lihat bahwa guru akan lebih mudah mengawasi ketertiban siswa dalam mendengarkan atau mempunyai kesibukan segera akan diketahui, kemudian diberikan teguran atau peringatan sehingga mereka kembali memperhatikan pelajaran dari guru. Bagi guru juga ringan, karena perhatiannya tidak terbagi-bagi atau terpecah-pecah, kegiatan siswa yang sejenis itu tidak perlu guru membagi-bagi perhatian, anak-anak serempak mendengarkan guru dan guru sepenuh perhatian dapat memusatkan pada kelas yang sedang sama-sama mendengarkan pelajarannya.
Setiap teknik tidak lepas dari kelemahan, begitu juga teknik berceramah ini memiliki kelemahan pula. Adapun kelemahan yang dapat kita lihat ialah guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya. Apakah ketenangan atau kediaman mereka dalam mendengarkan pelajaran itu berarti bahwa mereka telah memahami pelajaran yang diberikan oleh guru? Hal itu masih perlu dipertanyakan dan diteliti lebih lanjut. Apakah dengan sikap diam itu berarti siswa disiplin patuh mendengarkan pelajaran dengan baik? Ataukah tidak ada kemungkinan bahwa siswa asyik mendengarkan pelajaran dengan penuh perhatian itu, dalam menangkap pengertian pelajaran dapat memberi pengertian yang berbeda mengenai apa yang kita jelaskan pada mereka, baik mengenai kata-kata maupun istilahnya, sehingga kesimpulan yang diperoleh juga lain dengan apa yang dimaksudkan oleh guru.[3]
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Mengajar dengan metode diskusi ini berarti:
- Kelas dibagi dalam beberapa kelompok
- Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual
- Dapat mempertinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan
- Rasa sosial mereka dapat dikembangkan, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal, mendorong rasa kesatuan
- Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat
- Merupkan pendekatan yang demokratis
- Memperluas pandangan
- Menghayati kepemimpinan bersama-sama
- Membantu mengembangakan kepemimpinan.
Namun demikian metode ini juga ada kelemahannya seperti:
- kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi maslah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal ini instruktur harus menguasai benar-benar permasalahannya dan mampu mengarahkan pembicaraan sehingga bisa membatasi waktu yang diperlukan.
- Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis yang tidak terlepas dari fakta-fakta dan tidak merupakan jawabanyang hanya dugaan atau coba-coba saja. Maka pada siswa dituntut kemampuan berpikir ilmiah, hal mana itu tergantung pada kematangan, pengalaman dan pengetahuan siswa.
- Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar
- Peserta mendapat informasi yang terbatas
- Mungkin dikuasai orang-orang yang suka bicara
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Adapun jenis-jenis metode diskusi ini ada beberapa macam yaitu:
- Whole-Group. Suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 (lima belas) orang.
- Buzz-Group. Satu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar.
- Panel. Pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3-6 orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu, mereka duduk dalam susunan semi melingkar dihadapkan pada satu kelompok besar peserta lainnya. Anggota kelompok besar ini dapat diundang untuk turut berpartisipasi. Yang duduk sebagai penelis ialah orang yang ahli dalam bidangnya.[4]
3. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi
Metode pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mentap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Disamping itu untuk memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Adapun kelebihan dari metode ini adalah: karena siswa mendalami dan mengalami sendiri pengetahuan yang dicarinya, maka pengetahuan itu akan tinggal lama dalam jiwanya. Apalagi dalam melaksanakan tugas ditunjang dengan minat dan perhatian siswa, serta kejelasan tujuan mereka bekerja. Pada kesempatan ini siswa juga dapat mengembangkan daya berpikirnya sendiri, daya inisisatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih berdiri sendiri.
Namun teknik ini juga tidak lepas dari kelemahan-kelemahannya seperti siswa kemungkinan hanya meniru pekerjaan temannya, itu kelemahannya bila guru tidak dapat mengawasi langsung pelaksanaan tugas itu, jadi siswa tidak menghayati sendiri proses belajar mengajar itu sendiri. Kemungkinan lain orang lain yang mengerjakan tugas itu, maka perlu diminta bantuan orang tua, dengan memberitahu bahwa anaknya mempunyai tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga dapat turut mengawasi pelaksanaan tugas, dapat menjadi tempat mengecek apakah itu pekerjaan siswa sebenarnya atau bukan.[5]
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Adapun perencanaan pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:
No
|
Langkah
|
Jenis Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.
|
Persiapan
|
1. Guru memberi salam dan melakukan absensi
2. Guru menciptakan kondisi belajar siswa dengan
menggunakan Ice Breaking.
Ice Breaking berupa:
Tepuk sesuai intruksi, apabila
guru bilang pagi maka siswa tepuk 1x, siang 2x, sore 3x, malam tidak tepuk, apabila ada siswa yang salah maka guru memberinya hukuman sesuai dengan kesepakatan teman-temannya. |
2.
|
Pelaksanaan
|
1. Metode Ceramah,
adapun langkah-langkahnya:
a.
Guru menentukan topik
yang akan dibahas serta
menyiapkan segala hal yang diperlukan.
b.
Guru menyampaikan
materi terkait sesuai dengan
perencanaan sehingga dapat mencapai target yang diinginkan.
c.
Guru memastikan
tingkat pemahaman siswa dengan
metode selanjutnya, yaitu,
2. Metode Diskusi,
metode diskusi yang diambil disini
adalah diskusi kelas whole-group, adapun langkah-langkahnya:
a.
Merumuskan tujuan yang
ingin dicapai
b.
Menentukan jenis
diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
c.
Menetapkan masalah
yang akan dibahas
d.
Memberikan pengarahan
sebelum dilaksanakan diskusi
seperti aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
e.
Melaksanakan diskusi
dengan aturan main yang telah
ditetapkan
f.
Memberikan kesempatan
yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya
g.
Mengendalikan
pembicaraan kepada pokok
persoalan yang sedang dibahas
h.
Membuat pokok-pokok
pembahasan sebagai
kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi
i.
Meriview jalannya
diskusi dengan meminta
pendapat dari seluruh peserta umpan balik untuk perbaikan.
3. Metode Pemberian
Tugas dan Resitasi
a.
Tugas Kelompok: Setiap kelompok diminta
membuat video riview kisah Ali bin Abi Thalib sesuai dengan yang sudah disampaikan oleh guru ditambah dengan hikmah dan implementasi dari kisah tersebut dengan zaman sekarang, video di upload ke You Tube, setiap kelompok diminta membuat channel You Tube untuk pengumpulan tugas berupa video. Link You Tube harap dikirimkan via WhatsApp.
b.
Tugas Individu: setiap siswa diminta membuat
gambar ilustrasi atau bagan perjalanan kisah Ali bin Abi Thalib sejak lahir hingga wafat semenarik mungkin. |
3.
|
Evaluasi
|
Mengadakan penilaian
terhadap pemahaman siswa
mengenai bahan yang telah diterimanya melalui tugas |
D. ANALISA DAN IMPLEMENTASI
Berdasarkan hasil pembahasan tentang khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat menarik kesimpulan bahwasannya:
- Ali adalah khalifah ke-empat atau terakhir setelah kewafatan Utsman bin Affan. nama lengkap Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari jum’at 13 Rajab tahun 570 M.
- Kedua, Ali dipercayakan sebagai khalifah oleh kaum muslimin di Madinah dan beliau dilantik sebagai khalifah.
- Ketiga, terdapat beberapa prestasi yang diperoleh Ali bin Abi Thalib selama menjadi khalifah.
- Keempat, penyebab Ali bin Abi Thalib wafat adalah disebabkan pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman ibn Muljam. Beliau wafat pada tanggal 17 ramadan tahun 40 hijriyah.
Adapun implementasi yang kami ambil dari kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah tentang kesederhanaannya. Di zaman sekarang kita selalu mengenal sosok pemimpin terutama pemimpin Negara adalah seseorang yang kaya dan lebih dari cukup dalam segi hartanya dan tidak sedikit yang sombong kemudian lalai dengan kekayaannya, namun tidak dengan khalifah Ali bin Abi Thalib. Beliau memberikan keteladanan bahwa pemimpin tidak identik dengan kekayaan dan hidup berkecukupan. Justru pemimpin umat harus memberikan contoh keteladanan dalam kesederhanaan. Agar yang miskin tidak merasa malu dengan ketidakpunyaannya dan yang kaya tidak sombong dengan harta yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, 2015, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta, Deepublish
Buku siswa SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Kelas X Madrasah Aliyah Kurikulum 2013, Kementrian Agama, Jakarta: 2014
Roestiyah N.K, 2012, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR, Jakarta, PT Rineka Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Saufi, S.Ag, M.Pd.I, 2015, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta, Deepublish
Buku siswa SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Kelas X Madrasah Aliyah Kurikulum 2013, Kementrian Agama, Jakarta: 2014
Roestiyah N.K, 2012, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR, Jakarta, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Klik video disamping...