Sejarah Kebudayaan Islam
Ahmad Shofyan
Hanum Bashiroh
Kompetensi Inti
1. Mengenal sejarah perjuangan sunan Kalijaga
Kompetensi Dasar
1.1 Mengetahui sejarah perjuangan Sunan Kalijaga
1.2 Menganalisis nilai-nilai perjuangan Sunan Kalijaga
1.3 Meneladani kepribadian Sunan Kalijaga dalam kehidupan sehari-hari
A. Materi
1. Riwayat dan Silsilah Sunan Kalijaga
Sunan kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 M, anak dari seorang adipati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti dan Raden Abdurrahman. Nama-nama tersebut memiliki kaitan erat dengan sejarah perjalanan hidup tokoh Walisongo ini dari sejak bernama Said. Lokajaya, hingga Sunan Kalijaga.
Kakek Sunan Kalijaga yang bernama Aria Teja, nama aslinya adalah Abdurrahman, orang keturunan Arab. Karena berhasil mengislamkan Adipati Tuban yang bernama Aria Dikara, Abdurrahman mengawini putri Aria Dikara. Ketika menggantikan kedudukan mertuanya sebagai Bupati Tuban, Abdurrahman menggunakan nama Aria Teja. Dari perkawinan dengan putri Aria Dikara ini, Aria Teja memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Sebelum menikah dengan putri Aria Dikara, Aria Teja telah menikah dengan putri Raja Surabaya yang bernama Aria Lembu Sura. Dari pernikahan itu, Aria Teja memiliki seorang putri yang dikenal dengan nama Nyai Ageng Manila yang kelak diperistri Sunan Ampel.
2. Kepribadian Sunan Kalijaga
Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak. Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat kadipaten Tuban disaat menarik pajak pada penduduk atau rakyat jelata. Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakin sengsara, mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka. Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak.
Walau Raden Said putera seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan bebas, yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk beluk kehidupan rakyat Tuban. Niat untuk mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya. Tapi agaknya ayahnya tak bisa berbuat banyak. Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya sebagai adipati bawahan Majapahit.
Tapi niatnya itu tidak pernah padam. Jika malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari mengumandangkan ayat-ayat suci al-Qur’an maka sekarang dia keluar. Di saat penjaga gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit. Bahan makanan itu dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.
Penjaga gudang makin lama makin curiga karena persediaan hasil bumi di gudang semakin sedikit, mereka ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu. Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah tak jauh dari gudang kadipaten. Dugaannya benar, ada seseorang yang membuka pintugudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan pencuri itu. Dia hampir tak percaya pencuri itu adalah Raden Said putera junjungannya sendiri. Untuk melaporkannya sendiri kepada adipati Wilatikta ia tak berani. Kuatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang saksi dari sang adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi rakyat yang tersimpan di gudang.
Raden Said tak pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya bakal ketahuan. Ketika ia hendak keluar adari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit kadipaten menangkapnya, beserta barang bukti yang dibawanya. Raden Said dibawa ke hadapan ayahnya. Adipati Wilatikta marah melihat perbuatan anaknya itu. Raden Said tidak menjawab untuk apakah dia mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit. Tapi untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru pertama kali dilakukannya maka ia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar rumah. Sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan istana. Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya. Dia mengenakan topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di kabupaten Tuban. Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat yang curang.
Harta hasil rampokan itu diberikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya. Sampai suatu saat, ada yang memfitnah Raden Said dengan menggunakan topeng dan pakaian yang sama. Pemfitnah tersebut lari ketika hendak ditangkap dan saat itu pula lewatlah Raden Said, sehingga yang tertangkap adalah Raden Said. Sang adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang diharapkan dapat menggantikan kedudukannya ternyata telah menutup kemungkinan ke arah itu, sirna sudah segala harapan sang adipati.
Hanya ada satu orang yang dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden Said itu berjiwa luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana Kadipaten Tuban untuk mencari Raden Said untuk diajak pulang.
Kemanakah Raden Said sesudah diusir dari Kadipaten Tuban? Ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti. Pada akhirnya dia menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun ia menjadi perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman? Karena hasil rampokkannya itu tak pernah dimakannya. Seperti dahulu, selalu diberikan kepada fakir miskin. Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya kikir, tidak menyantuni rakyat jelata. Dan tidak mau membayar zakat.
Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya dengan Brandal Lokajaya. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang lelaki tua berjubah putih, Brandal Lokajaya hendak merampoknya, namun Brandal Lokajaya malah dinasehati oleh lelaki tua itu. Ia dinasihati bahwa apa yang dilakukannya sekarang yaitu bersedekah dengan barang curian/haram sama halnya dengan orang mencuci pakaian dengan air kencing. Raden Said tercekat lelaki itu melanjutkan ucapannya. Allah itu adalah zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal. Raden Said makin tercengang mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuk hatinya. Betapa keliru perbuatannya selama ini dipandangnya sekali lagi wajah lelaki tua itu. Agung dan berwibawa namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Dia mulai suka dan tertarik dengan lelaki tua berjubah putih tersebut.
Saat Raden Said terpana dengan lelaki tersebut, lelaki itu menghilang. Namun, ucapan orang tua tadi masih terngiang ditelinganya. Tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing. Tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang tua itu dari kejauhan. Setelah Raden Said berhasil mengejar. Raden Said lalu mengutarakan maksudnya untuk berguru. Lelaki itu menjawab, silakan namun dengan syarat Raden Said mau menunggui tongkatnya. Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya ditepi sungai. Raden Said diperintah menunggui tongkat itu. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum orang tua itu kembali menemuinya. Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu.
Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air, ia semakin yakin calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.Setelah lelaki tua itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda ini duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di dalam al-Qur’an yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdoa kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di Goa Kahfi ratusan tahun yang silam. Doanya dikabulkan.
Raden Said tertidur dalam semedinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah merambati tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya. Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan adzan pemuda itu membuka sepasang matanya. Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian dibawa ke Tuban. Mengapa dibawa ke Tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah sunan Bonang.
Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya yaitu tingkat para waliyullah. Di kemudian hari Raden Said terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Kalijaga artinya orang yang menjaga sungai, karena dia pernah bertapa ditepi sungai. Ada yang mengartikan Sunan Kalijaga adalah penjaga aliran kepercayaan yang hidup pada masa itu. Dijaga maksudnya supaya tidak membahayakan umat, melainkan diarahkan kepada ajaran Islam yang benar. Ada pula yang menyatakan nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab “Qadli” dan nama aslinya sendiri, “Joko Said”, jadi frase asalnya ialah “Qadli Joko Said” (artinya Hakim Joko Said). Seperti halnya Syahadatain menjadi Sekaten, Kalimah Syahadat menjadi Kalimosodo, Dzulqaidah menjadi Dulkangidah, maka Qadli Joko Said menjadi Kalijaga.
3. Perjuangan Sunan Kalijaga dalam Berdakwah
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Selain diketahui sebagai dalang dan perancang lagu serta bangunan, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai desainer pakaian. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi.
Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Sunan Kalijaga meneruskan pengembaraannya, berdakwah atau menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Di antara Walisongo, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang paling luas cakupan bidang dakwahnya dan paling besar pengaruhnya di kalangan masayarakat. Sebab, selain berdakwah dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sebagai dalang, penggubah tembang, penari topeng, perancang pakaian, perancang alat-alat pertanian, penasihat sultan dan pelindung rohani kepala-kepala daerah.Dalam usia lanjut beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir. Hingga sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak. Semoga amal perjuangannya diterima di sisi Allah.
4. Nilai Positif Sunan Kalijaga
Bercermin dari perjuangan yang telah dilalui oleh Sunan Kalijaga dalam kehidupannya, dapat kita petik nilai positif sebagai berikut:
Metode diskusi merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah dengan menggunakan proses interaksi anatar dua individu atau lebih. Hal tersebut digunakan untuk saling menukar pengalaman, informasi, memecahkan suatu masalah. Ini mem
ungkinkan semuanya untuk bisa aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Dalam metode diskusi ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
Metode snowball throwing merupakan model pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang berarti “lempar bola salju” kemudian dapat diartikan dalam model pembelajaran dengan menggunakan bola peertanyaan dari kertas yang dibuat menjadi bulat seperti bola. Kemudian bola tersebut dilempar secara bergilir kepada yang lainnya.
Adapun langkah dari metode snowball throwing adalah:
a. Situasi belajar menjadi gaduh, karena kurang kondusif dalam pengaturan kelas.
b. Siswa tidak mampu mengandalkan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri.
c. Materi yang diberikan oleh guru tidak meluas.
d. Waktu yang dibutuhkan dalam penerapan metode ini cenderung lama.
Adapun kelebihan metode ini sebagai berikut:
a. Mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk menyampaikan pendapat di depan umum.
b. Siswa bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang telah diperoleh dari siswa yang lain.
c. Siswa menjadi tidak malu untuk menghadapi teman sebayanya di kelas.
d. Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa menjadi lebih menyenangkan.
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Adapun pelaksanaan dari pembelajaran sebagai berikut:
Persiapan
1. Guru masuk dan mengucapkan salam serta membuka pelajaran dengan berdo’a
2. Guru mempersiapkan kondisi kelas dengan menggunakan ice breking (bertepuk tangan)
3. Sebelum guru memberikan materi sebaiknya guru membahas materi kemarin sebagai pengingat untuk siswa
Pelaksanaan
1. Metode ceramah, langkahnya:
a. Guru menerangkan atau menjelaskan uraian sesuai materi yang ada.
b. Usahakan guru tetap memberi perhatian kepada seluruh siswa tatap mereka semua.
c. Gaya bicara guru harus diperhatikan terutama dari intonasi suara.
d. Setelah itu, guru boleh memberikan pertanyaan ataupun semacamnya ditenggah ataupun diakhir guru menyampaikan materi.
2. Metode diskusi, langkahnya:
a. Guru membentuk kelompok, setiap kelompok dipilih salah satu sebagai ketuanya.
b. Kemudian setiap kelompok membahas apa yang sudah guru sampaikan tadi.
c. Setiap kelompok membuat satu atau boleh beberapa pertanyaan yang masih belum bisa terpecahkan dalam diskusi mereka.
d. Pertanyaan-pertanyaan tadi dibahas secara bersama-sama dengan setiap kelompok.
3. Metode snowball, langkahnya:
a. Guru menyampaikan materi yang sesuai dengan materi yang telah disepakati
b. Guru membentuk kelompok, kemudian memilih ketua kelompok.
c. Guru memberikan arahan tentang materi yang akan diajarkan kepada teman-temannya pada kelompok masing-masing.
d. Masing-masing ketua kelompok memberikan serta menjelaskan materi yang telah diperoleh dari guru.
e. Kemudian semua siswa wajib memberikan satu pertanyaan yang akan digunakan pada permainan snowball throwing. Pertanyaan harus sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh ketua kelompok tadi.
f. Kertas yang telah dibuat pertanyaan tadi lalu dibuat gulung seperti bola dari satu kertas sampai kertas pertanyaan terakhir.
g. Kemudian bola tadi dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain, hingga guru menyuruh berhenti baru bola tersebut boleh diberhentikan.
h. Bagi siswa yang mendapatkan pertanyaan maka dia wajib menjawabnya.
Evaluasi
Melakukan analisa terhadap kegiatan belajar mengajar tadi melalui ulangan harian atau semacamnya.
Penutupan
Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan inti dari materi yang telah dijelaskan, kemudian guru menutup dengan salam dan do’a.
D. Analisa dan Implementasi
Dari materi sejarah Sunan Kalijaga ada beberapa hal yang dapat kami analisa diantaranya yaitu:
Adapun implementasinya adalah beliau berdakwah melalui budaya dan kearifan lokal yang ada. Beliau menggunakan perinsip memepertahankan yang lama dan baik, serta menggambil yang baru dengan lebih baik sehingga Islam masuk dengan jalan damai serta menghapus tradisi masyarakat yang bertentangan dengan islam. Beliau menciptakan berbagai media dakwah yang kreatif dan efektif sehingga membuat dakwahnya semakin lama bertambah luas dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Adapun dakwah ini yang perlu kita contoh melalui jalan yang damai tanpa paksaan.
Daftar Pustaka
https://www.nu.or.id diakses pada hari selasa 28 April 2020
Nugroho, Hery. 2016. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementrian Agama RI
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
SUNAN KALIJAGA:
SENI SEBAGAI MEDIA ISLAMISASI DI JAWA
oleh:SENI SEBAGAI MEDIA ISLAMISASI DI JAWA
Ahmad Shofyan
Hanum Bashiroh
Kompetensi Inti
1. Mengenal sejarah perjuangan sunan Kalijaga
Kompetensi Dasar
1.1 Mengetahui sejarah perjuangan Sunan Kalijaga
1.2 Menganalisis nilai-nilai perjuangan Sunan Kalijaga
1.3 Meneladani kepribadian Sunan Kalijaga dalam kehidupan sehari-hari
A. Materi
1. Riwayat dan Silsilah Sunan Kalijaga
Sunan kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 M, anak dari seorang adipati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syaikh Malaya, Pangeran Tuban, Ki Dalang Sida Brangti dan Raden Abdurrahman. Nama-nama tersebut memiliki kaitan erat dengan sejarah perjalanan hidup tokoh Walisongo ini dari sejak bernama Said. Lokajaya, hingga Sunan Kalijaga.
Kakek Sunan Kalijaga yang bernama Aria Teja, nama aslinya adalah Abdurrahman, orang keturunan Arab. Karena berhasil mengislamkan Adipati Tuban yang bernama Aria Dikara, Abdurrahman mengawini putri Aria Dikara. Ketika menggantikan kedudukan mertuanya sebagai Bupati Tuban, Abdurrahman menggunakan nama Aria Teja. Dari perkawinan dengan putri Aria Dikara ini, Aria Teja memiliki putra bernama Aria Wilatikta. Sebelum menikah dengan putri Aria Dikara, Aria Teja telah menikah dengan putri Raja Surabaya yang bernama Aria Lembu Sura. Dari pernikahan itu, Aria Teja memiliki seorang putri yang dikenal dengan nama Nyai Ageng Manila yang kelak diperistri Sunan Ampel.
2. Kepribadian Sunan Kalijaga
Sejak kecil Raden Said sudah diperkenalkan kepada agama Islam oleh guru agama Kadipaten Tuban. Tetapi karena melihat keadaan sekitar atau lingkungan yang kontradiksi dengan kehidupan rakyat jelata maka jiwa Raden Said berontak. Gelora jiwa muda Raden Said seakan meledak-ledak manakala melihat praktek oknum pejabat kadipaten Tuban disaat menarik pajak pada penduduk atau rakyat jelata. Rakyat yang pada waktu itu sudah sangat menderita dikarenakan adanya musim kemarau panjang, semakin sengsara, mereka harus membayar pajak yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. Bahkan jauh dari kemampuan mereka. Seringkali jatah mereka untuk persediaan menghadapi musim panen berikutnya sudah disita para penarik pajak.
Walau Raden Said putera seorang bangsawan dia lebih menyukai kehidupan bebas, yang tidak terikat adat istiadat kebangsawanan. Dia gemar bergaul dengan rakyat jelata atau dengan segala lapisan masyarakat, dari yang paling bawah hingga yang paling atas. Justru karena pergaulannya yang supel itulah dia banyak mengetahui seluk beluk kehidupan rakyat Tuban. Niat untuk mengurangi penderitaan rakyat sudah disampaikan kepada ayahnya. Tapi agaknya ayahnya tak bisa berbuat banyak. Dia cukup memahaminya pula posisi ayahnya sebagai adipati bawahan Majapahit.
Tapi niatnya itu tidak pernah padam. Jika malam-malam sebelumnya dia sering berada di dalam kamarnya sembari mengumandangkan ayat-ayat suci al-Qur’an maka sekarang dia keluar. Di saat penjaga gudang Kadipaten tertidur lelap, Raden Said mengambil sebagian hasil bumi yang ditarik dari rakyat untuk disetorkan ke Majapahit. Bahan makanan itu dibagi-bagikan kepada rakyat yang sangat membutuhkannya. Hal ini dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.
Penjaga gudang makin lama makin curiga karena persediaan hasil bumi di gudang semakin sedikit, mereka ingin mengetahui siapakah pencuri barang hasil bumi di dalam gudang itu. Suatu malam ia sengaja mengintip dari kejauhan, dari balik sebuah rumah tak jauh dari gudang kadipaten. Dugaannya benar, ada seseorang yang membuka pintugudang, hampir tak berkedip penjaga gudang itu memperhatikan pencuri itu. Dia hampir tak percaya pencuri itu adalah Raden Said putera junjungannya sendiri. Untuk melaporkannya sendiri kepada adipati Wilatikta ia tak berani. Kuatir dianggap membuat fitnah. Maka penjaga gudang itu hanya minta dua orang saksi dari sang adipati untuk memergoki pencuri yang mengambil hasil bumi rakyat yang tersimpan di gudang.
Raden Said tak pernah menyangka bahwa malam itu perbuatannya bakal ketahuan. Ketika ia hendak keluar adari gudang sambil membawa bahan-bahan makanan tiga orang prajurit kadipaten menangkapnya, beserta barang bukti yang dibawanya. Raden Said dibawa ke hadapan ayahnya. Adipati Wilatikta marah melihat perbuatan anaknya itu. Raden Said tidak menjawab untuk apakah dia mencuri barang-barang hasil bumi yang hendak disetorkan ke Majapahit. Tapi untuk itu Raden Said harus mendapat hukuman, karena kejahatan mencuri itu baru pertama kali dilakukannya maka ia hanya mendapat hukuman cambuk dua ratus kali pada tangannya. Kemudian disekap selama beberapa hari, tak boleh keluar rumah. Sesudah keluar dari hukuman dia benar-benar keluar dari lingkungan istana. Tak pernah pulang sehingga membuat cemas ibu dan adiknya. Dia mengenakan topeng khusus, berpakaian serba hitam dan kemudian merampok harta orang-orang kaya di kabupaten Tuban. Terutama orang kaya yang pelit dan para pejabat yang curang.
Harta hasil rampokan itu diberikannya kepada fakir miskin dan orang-orang yang menderita lainnya. Sampai suatu saat, ada yang memfitnah Raden Said dengan menggunakan topeng dan pakaian yang sama. Pemfitnah tersebut lari ketika hendak ditangkap dan saat itu pula lewatlah Raden Said, sehingga yang tertangkap adalah Raden Said. Sang adipati Wilatikta juga sangat terpukul atas kejadian itu. Raden Said yang diharapkan dapat menggantikan kedudukannya ternyata telah menutup kemungkinan ke arah itu, sirna sudah segala harapan sang adipati.
Hanya ada satu orang yang dapat mempercayai perbuatan Raden Said, yaitu Dewi Rasawulan, adik Raden Said itu berjiwa luhur dan sangat tidak mungkin melakukan perbuatan keji. Dewi Rasawulan yang sangat menyayangi kakaknya itu merasa kasihan tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya dia meninggalkan istana Kadipaten Tuban untuk mencari Raden Said untuk diajak pulang.
Kemanakah Raden Said sesudah diusir dari Kadipaten Tuban? Ternyata ia mengembara tanpa tujuan pasti. Pada akhirnya dia menetap di hutan Jatiwangi. Selama bertahun-tahun ia menjadi perampok budiman. Mengapa disebut perampok budiman? Karena hasil rampokkannya itu tak pernah dimakannya. Seperti dahulu, selalu diberikan kepada fakir miskin. Yang dirampoknya hanya para hartawan atau orang kaya kikir, tidak menyantuni rakyat jelata. Dan tidak mau membayar zakat.
Di hutan Jatiwangi dia membuang nama aslinya. Orang menyebutnya dengan Brandal Lokajaya. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang lelaki tua berjubah putih, Brandal Lokajaya hendak merampoknya, namun Brandal Lokajaya malah dinasehati oleh lelaki tua itu. Ia dinasihati bahwa apa yang dilakukannya sekarang yaitu bersedekah dengan barang curian/haram sama halnya dengan orang mencuci pakaian dengan air kencing. Raden Said tercekat lelaki itu melanjutkan ucapannya. Allah itu adalah zat yang baik, hanya menerima amal dari barang yang baik atau halal. Raden Said makin tercengang mendengar keterangan itu. Rasa malu mulai menghujam lubuk hatinya. Betapa keliru perbuatannya selama ini dipandangnya sekali lagi wajah lelaki tua itu. Agung dan berwibawa namun mencerminkan pribadi yang welas asih. Dia mulai suka dan tertarik dengan lelaki tua berjubah putih tersebut.
Saat Raden Said terpana dengan lelaki tersebut, lelaki itu menghilang. Namun, ucapan orang tua tadi masih terngiang ditelinganya. Tentang beramal dengan barang haram yang disamakan dengan mencuci pakaian dengan air kencing. Tentang berbagai hal yang terkait dengan upaya memberantas kemiskinan.Raden Said mengejar orang itu. Segenap kemampuan dikerahkannya untuk berlari cepat akhirnya dia dapat melihat bayangan orang tua itu dari kejauhan. Setelah Raden Said berhasil mengejar. Raden Said lalu mengutarakan maksudnya untuk berguru. Lelaki itu menjawab, silakan namun dengan syarat Raden Said mau menunggui tongkatnya. Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya ditepi sungai. Raden Said diperintah menunggui tongkat itu. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum orang tua itu kembali menemuinya. Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu.
Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air, ia semakin yakin calon gurunya itu adalah seorang lelaki berilmu tinggi, waskita dan mungkin saja golongan para wali.Setelah lelaki tua itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda ini duduk bersila dia teringat suatu kisah ajaib yang dibacanya di dalam al-Qur’an yaitu kisah Ashabul Kahfi, maka ia segera berdoa kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di Goa Kahfi ratusan tahun yang silam. Doanya dikabulkan.
Raden Said tertidur dalam semedinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah merambati tubuhnya dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya. Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan adzan pemuda itu membuka sepasang matanya. Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian dibawa ke Tuban. Mengapa dibawa ke Tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah sunan Bonang.
Raden Said kemudian diberi pelajaran agama sesuai dengan tingkatannya yaitu tingkat para waliyullah. Di kemudian hari Raden Said terkenal dengan sebutan Sunan Kalijaga. Kalijaga artinya orang yang menjaga sungai, karena dia pernah bertapa ditepi sungai. Ada yang mengartikan Sunan Kalijaga adalah penjaga aliran kepercayaan yang hidup pada masa itu. Dijaga maksudnya supaya tidak membahayakan umat, melainkan diarahkan kepada ajaran Islam yang benar. Ada pula yang menyatakan nama Kalijaga berasal dari bahasa Arab “Qadli” dan nama aslinya sendiri, “Joko Said”, jadi frase asalnya ialah “Qadli Joko Said” (artinya Hakim Joko Said). Seperti halnya Syahadatain menjadi Sekaten, Kalimah Syahadat menjadi Kalimosodo, Dzulqaidah menjadi Dulkangidah, maka Qadli Joko Said menjadi Kalijaga.
3. Perjuangan Sunan Kalijaga dalam Berdakwah
Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung “sufistik berbasis salaf bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Selain diketahui sebagai dalang dan perancang lagu serta bangunan, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai desainer pakaian. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil memengaruhi.
Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang. Sunan Kalijaga meneruskan pengembaraannya, berdakwah atau menyebarkan agama Islam di Jawa Tengah hingga ke Jawa Barat. Beliau sangat arif dan bijaksana dalam berdakwah sehingga dapat diterima oleh masyarakat.
Di antara Walisongo, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang paling luas cakupan bidang dakwahnya dan paling besar pengaruhnya di kalangan masayarakat. Sebab, selain berdakwah dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sebagai dalang, penggubah tembang, penari topeng, perancang pakaian, perancang alat-alat pertanian, penasihat sultan dan pelindung rohani kepala-kepala daerah.Dalam usia lanjut beliau memilih Kadilangu sebagai tempat tinggalnya yang terakhir. Hingga sekarang beliau dimakamkan di Kadilangu, Demak. Semoga amal perjuangannya diterima di sisi Allah.
4. Nilai Positif Sunan Kalijaga
Bercermin dari perjuangan yang telah dilalui oleh Sunan Kalijaga dalam kehidupannya, dapat kita petik nilai positif sebagai berikut:
- Memikirkan nasib kaum fakir miskin dan berusaha menyantuninya.
- Mau menerima nasihat dari siapapun walalupun belum dikenalnya, asalkan berisi kebaikan.
- Demi mendapatkan ilmu yang diinginkannya, beliau bersedia menerima syarat dari guru meskipun berat syarat tersebut.
- Memahami kesenangan umat dan selanjutnya mengemas kesenangan tersebut, misalnya wayang, dengan disusupi oleh nilai-nilai keislaman.
- Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu cara mengajar yang sudah dilakukan oleh seorang guru sejak dahulu dan merupakan metode paling tradisional. Cara mengajarnya menggunakan lisan untuk menyampaikan keterangan ataupun informasi, uraian tentang pokok persoalan serta masalah. Dalam metode ceramah ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:- Guru menerangkan atau menjelaskan uraian tentang tema diatas yaitu sunan kalijaga.
- Usahakan guru tetap memberi perhatian kepada seluruh siswa tatap mereka semua, dengan cara ini menandakan bahwa guru memperhatikan semua siswa tidak hanya siswa-siswa tertentu saja. Siswa juga akan merasa bahwa guru tersebut memperhatikan maka dia akan memulai memfokuskan perhatian kepada guru.
- Gaya bicara guru harus diperhatikan terutama dari intonasi suara, guru harus pintar mengatur intonasi suara mana penjalasan yang harus menggunakan intonasi yang jelas, dan mana yang samar. Hal ini digunakan untuk menarik perhatian siswa serta tidak membuat siswa mengantuk saat guru tengah menjelaskan.
- Setelah itu, guru boleh memberikan pertanyaan ataupun semacamnya ditenggah ataupun diakhir guru menyampaikan materi. Hal ini untuk mengetahui berapa persen mereka mampu menangkap pembelajaran yang telah dijelaskan.
- Sulit bagi yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat yang baik.
- Kemungkinan menimbulkan verbalisme.
- Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara total (hanya proses mental, tetapi sulit dikontrol).
- Peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar.
- Materi pelajaran lebih cenderung pada aspek ingatan.
- Proses pelajaran ada dalam otoritas guru.
- Ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi pembelajaran dapat diatur guru secara langsung, materi dan waktu pelajaran sangat ditentukan oleh system nilai yang dimiliki guru yang bersangkutan.
- Target julah siswa akan lebih banyak, apabila menggunakan alat sound system.
- Bahan pelajaran sudah dipilih/dipersiapkan sehingga memudahkan untuk mengklasifikasi dan mengkaji aspek-aspek bahan pelajaran.
- Apabila bahan pelajaran belum dikuasai oleh sebagian siswa maka guru akan merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan rambu-rambu pada siswa yang bersangkutan.
Metode diskusi merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru disekolah dengan menggunakan proses interaksi anatar dua individu atau lebih. Hal tersebut digunakan untuk saling menukar pengalaman, informasi, memecahkan suatu masalah. Ini mem
ungkinkan semuanya untuk bisa aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Dalam metode diskusi ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru membentuk kelompok, setiap kelompok dipilih salah satu sebagai ketuanya.
- Kemudian setiap kelompok membahas apa yang sudah guru sampaikan tadi. Bisa juga digunakan untuk membahas sesuatu yang belum mereka pahami dari materi tadi.
- Setiap kelompok membuat satu atau boleh beberapa pertanyaan yang masih belum bisa terpecahkan dalam diskusi mereka.
- Pertanyaan-pertanyaan tadi dibahas secara bersama-sama dengan setiap kelompok. Jadi kelompok lain memberikan masukan-masukan dari pertanyaan yang ada.
- Disini guru mengawasi serta membenarkan atau memberikan jawaban dari pertanyaan yang ada. Jadi disini yang lebih aktif adalah siswa dan guru hanya mendampingi jalannya diskusi serta membenarkan bila ada yang salah.
- Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan bicara.
- Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
- Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
- Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
- Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
- Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
- Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
Metode snowball throwing merupakan model pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang berarti “lempar bola salju” kemudian dapat diartikan dalam model pembelajaran dengan menggunakan bola peertanyaan dari kertas yang dibuat menjadi bulat seperti bola. Kemudian bola tersebut dilempar secara bergilir kepada yang lainnya.
Adapun langkah dari metode snowball throwing adalah:
- Guru menyampaikan materi yang sesuai dengan materi yang telah disepakati
- Guru membentuk kelompok, kemudian memilih ketua kelompok.
- Guru memberikan arahan tentang materi yang akan diajarkan kepada teman-temannya pada kelompok masing-masing.
- Masing-masing ketua kelompok memberikan serta menjelaskan materi yang telah diperoleh dari guru.
- Kemudian semua siswa wajib memberikan satu pertanyaan yang akan digunakan pada permainan snowball throwing. Pertanyaan harus sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh ketua kelompok tadi.
- Kertas yang telah dibuat pertanyaan tadi lalu dibuat gulung seperti bola dari satu kertas sampai kertas pertanyaan terakhir. Jadi semakin banyak pertanyaan ukuran bola akan semakin besar.
- Kemudian bola tadi dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain, hingga guru menyuruh berhenti baru bola tersebut boleh diberhentikan. Bisa juga dengan menggunakan nyayian secara bersama-sama agar suasanya tambah menyenangkan.
- Bagi siswa yang mendapatkan pertanyaan maka dia wajib menjawabnya. Jika benar maka kelompoknya akan mendapatkan pont dan jika salah maka siswa yersebut mendapatkan hukuman. Hukuman bisa berupa nyayian ataupun yang lain sesuai kesepakatan bersama.
- Guru melakukan evaluasi terhadap pembelajaran tadi
- Setelah dirasa cukup guru boleh menutup kelas dengan do’a dan salam.
a. Situasi belajar menjadi gaduh, karena kurang kondusif dalam pengaturan kelas.
b. Siswa tidak mampu mengandalkan kemampuan yang dimiliki oleh diri sendiri.
c. Materi yang diberikan oleh guru tidak meluas.
d. Waktu yang dibutuhkan dalam penerapan metode ini cenderung lama.
Adapun kelebihan metode ini sebagai berikut:
a. Mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk menyampaikan pendapat di depan umum.
b. Siswa bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang telah diperoleh dari siswa yang lain.
c. Siswa menjadi tidak malu untuk menghadapi teman sebayanya di kelas.
d. Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa menjadi lebih menyenangkan.
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Adapun pelaksanaan dari pembelajaran sebagai berikut:
Persiapan
1. Guru masuk dan mengucapkan salam serta membuka pelajaran dengan berdo’a
2. Guru mempersiapkan kondisi kelas dengan menggunakan ice breking (bertepuk tangan)
3. Sebelum guru memberikan materi sebaiknya guru membahas materi kemarin sebagai pengingat untuk siswa
Pelaksanaan
1. Metode ceramah, langkahnya:
a. Guru menerangkan atau menjelaskan uraian sesuai materi yang ada.
b. Usahakan guru tetap memberi perhatian kepada seluruh siswa tatap mereka semua.
c. Gaya bicara guru harus diperhatikan terutama dari intonasi suara.
d. Setelah itu, guru boleh memberikan pertanyaan ataupun semacamnya ditenggah ataupun diakhir guru menyampaikan materi.
2. Metode diskusi, langkahnya:
a. Guru membentuk kelompok, setiap kelompok dipilih salah satu sebagai ketuanya.
b. Kemudian setiap kelompok membahas apa yang sudah guru sampaikan tadi.
c. Setiap kelompok membuat satu atau boleh beberapa pertanyaan yang masih belum bisa terpecahkan dalam diskusi mereka.
d. Pertanyaan-pertanyaan tadi dibahas secara bersama-sama dengan setiap kelompok.
3. Metode snowball, langkahnya:
a. Guru menyampaikan materi yang sesuai dengan materi yang telah disepakati
b. Guru membentuk kelompok, kemudian memilih ketua kelompok.
c. Guru memberikan arahan tentang materi yang akan diajarkan kepada teman-temannya pada kelompok masing-masing.
d. Masing-masing ketua kelompok memberikan serta menjelaskan materi yang telah diperoleh dari guru.
e. Kemudian semua siswa wajib memberikan satu pertanyaan yang akan digunakan pada permainan snowball throwing. Pertanyaan harus sesuai dengan materi yang telah disampaikan oleh ketua kelompok tadi.
f. Kertas yang telah dibuat pertanyaan tadi lalu dibuat gulung seperti bola dari satu kertas sampai kertas pertanyaan terakhir.
g. Kemudian bola tadi dilemparkan dari satu siswa ke siswa lain, hingga guru menyuruh berhenti baru bola tersebut boleh diberhentikan.
h. Bagi siswa yang mendapatkan pertanyaan maka dia wajib menjawabnya.
Evaluasi
Melakukan analisa terhadap kegiatan belajar mengajar tadi melalui ulangan harian atau semacamnya.
Penutupan
Guru menutup pelajaran dengan menyampaikan inti dari materi yang telah dijelaskan, kemudian guru menutup dengan salam dan do’a.
D. Analisa dan Implementasi
Dari materi sejarah Sunan Kalijaga ada beberapa hal yang dapat kami analisa diantaranya yaitu:
- Sunan Kalijaga merupakan salah satu walisongo nama lengkapnya adalah Raden Said, diperkirakan lahir pada tahun 1450 serta merupakan putra adipati Tuban.
- Kepribadian Sunan Kalijaga yang sangat peduli dengan masyarakat.
- Cara berdakwah Sunan Kalijaga melalui seni dan budaya setempat.
Daftar Pustaka
https://www.nu.or.id diakses pada hari selasa 28 April 2020
Nugroho, Hery. 2016. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Kementrian Agama RI
Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta