KISAH NYATA:
ISTRI PERGI DARI SUAMI UNTUK MEMILIH MENJADI PNS
Di pertengahan tahun, seorang teman tiba-tiba menghubungiku setelah sekian tahun ia menghilang bahagia bersama keluarganya, ia menikah dengan teman satu kampusnya dan di awal pernikahan dikaruniai anak laki-laki yang sehat dan ganteng. sebuah kebahagiaan yang hakiki, namun kehidupan ini kadang tak selalu bisa kita tebak. Bagaimana tidak membuat iri banyak orang, dia adalah alumni santri pondok pesantren modern yang terkenal di Indonesia, anak orang berada dan menyelesaikan kuliahnya di Luar Negeri.
Teman: hei apa kabar?
Aku: Baik, gimana, ada yang bisa kubantu? (tentu aku tidak usah bertanya lagi)--- jika di dunia ini menanggapi teman atau kenalan yang datang saat hanya butuhnya aja itu tidak menyenangkan, namun bagiku, tidak masalah, silahkan datang saat ingin bercerita dan membutuhkan pendengar yang baik. dan silahkan pergi jika semuanya sudah selesai.
Teman: aku telah menikah di tahun 2014 dan kemudian di 2015 aku memiliki anak laki-laki tampan yang sehat. satu tahun pernikahan kami sangat bahagia, begitu juga tahun ke-2, semuanya biasa saja, kami pulang ke Indonesia, mengontrak rumah dan membeli mobil baru keluaran Toyota. aku tak pernah membiarkan istriku kepanasan, cuman sekali aja dan itu hanya dekat paling 1-2 km dari rumah, aku bonceng dia naik sepeda motor ke Indomart karena mobil dipinjam saudara.
sebagai suami, aku berusaha menjadikannya ratu dalam hidupku, mulai cuci baju, menjemur, menyiram tanaman, menyapu dan lain sebagainya, dia memasak dan menjaga anakku. Bahkan di lingkunganku berada, agak saru seandainya di rumah ada wanita, kenapa laki-laki menyapu dan menyiram tanaman. namun aku tak pernah memperdulikan budaya lingkungan, aku hanya ingin istriku tidak terlalu capek.
Aku: Hmmm... kau baik sekali
Teman: Namun semua itu ternyata tidak cukup, mertuaku menginginkan hal yang lebih dari kehidupan yang kami jalani. dengan pekerjaanku yang sedang membangun usaha sendiri kemudian sambil bekerja di kantor teman, dianggap tidak memiliki masa depan yang bagus. mertua selalu menghasut istriku untuk balik ke kampung halamannya di ujung Sumatra. adat disana, perempuan harus menjadi "seseorang" berpangkat. awalnya istriku tidak bergeming, namun di tahun 2017 dia meminta ijin yang lebih memaksa "harus" pulang kampung untuk mengikuti seleksi CPNS guru. apakah perempuan tidak cukup untuk dirumah dan menjaga keluarga?
Aku: hmmm... apakah sebelumnya kamu sudah bertanya, dia ingin bagaimana? karena pada dasarnya dia adalah mahasiswi aktif dikampus, mungkin dia mengingkan sesuatu yang lain.
Teman: sebelum-sebelumnya aku sudah membukakan usaha untuk kegiatannya, namun tidak berhasil, dia sudah kuijinkan bekerja nmun tidak ikut orang, karena masih ada anak kecil yang harus dirawat.
Aku: Okey... lalu?
Teman: saat itu aku menangis dan memohon-mohon kepadanya untuk tidak pergi bersama anakku, karena aku tidak bisa jika hidup dikampung halamannya. aku memulainya disini dan disana semuanya akan berulang lagi, aku memintanya untuk bersabar sebentar lagi, selain membangun usaha q juga masih ingin melanjutkan kuliah di luar negeri.
Aku: maaf, apakah di awal sebelum pernikahan tidak ada janji atau kesepakatan yang dibuat?
Teman : ada, tapi semuanya udh gk bisa dipercaya, salah satu kesepakatan yang sudah pernah aku buat adalah, "maukah kau menemaniku dimanapun aku berada?," dan dia menjawab "iya"-- bahkan mertuaku saat kutanya dulu mereka menjawab tidak apa-apa, namun sekrang mereka mengintimidasi istriku sehingga istriku pulang kampung dengan biaya tiket dari mertuaku.
Aku: lalu... apa yang ingin kamu bagi sekarang?
Teman: Aku tidak tahu, semakin aku mengingatnya aku semakin muak, dan setiap kali aku merindukan anakku aku semakin membenci istriku. aku selalu berfikir, bahwa ini adalah karena mertuaku yang mempengruhi istriku. kemudian istriku terpengaruh, sehingga setahun yang lalu dengan uang kiriman orang tuanya, dia membeli tiket lalu tes CPNS dan lolos, hmm... skrng beginilah hub ini, antara ada dan tidak ada.
Aku: Ok, kemudian apa yang ingin kau harapkan dan dia harpkan?
Teman: Aku ingin ia ikut bersamaku dimanapun dan kapanpun aku berada, sedangkan dia, karena dia telah lolos CPNS maka aku harus ikut dengannya, sedangkan aku tidak bisa tinggal disana, menurutnya ini adalah berjuang bersama-sama.
Baik teman-teman, disini aku sedang berbicara dngan teman laki-laki dan tidak berbicara dengan perempuan, sehingga tidak afdhol rasanya aku langsung menyalhkan si perempuan. Memang sebelum menikah, paling tidak mengobrollah dengan pasangan apa visi misimu, sehingga setlah kehidupan rumah tangga berjalan tidak akan shock jika badai kehidupan sedang menggoda. Karena bisa jadi, si perempuan dan keluarga memliki ekspektasi yang berlebih sebelum menikah, namun si laki-laki tidak kunjung memberikan apa yang diinginkan dari perempuan dan keluarga tersebut. sedangkan si laki-laki sudah berusaha sekuat tenaga membahagiakan istrinya menurut versinya.
Ketika ada pasangan diam aja tidak mengeluh, bukan berarti dia selalu bahagia
Ketika ada pasangan tertawa-tawa dengan penderitaan, bukan berarti ia tak ingin lepas
Sehingga pahami pasanganmu, berbicaralah berdua agar kalian saling mengerti apa maksud dari masing-masing. sebab jika hanya diam dan dipendam, INGAT PASANGANMU BUKAN DUKUN.....
Laki-laki juga harus memahami bahwa hakikatnya perempuan mendambakan menjadi ratu, entah dia kuat atau rentan. Jangan berfikir kamu memberikan uang pas-pasan, tanpa uang shooping, perawatan, jalan-jalan, kemudian istrimu diam aja, mereka bhagia dan menerima apa adanya, BUKAN__ mereka hanya tidak mau ribut, mereka menahan egonya demi anak dan keluarga, namun jika berjlannya waktu si laki-laki tak pernah emmahami itu dan apa-apa yang harusnya dilakukan menantu kepada mertua di abaikan, maka ketidaksukaan istri semakin bertambah dan menjadi banyak.
Jadilah suami yang baik dan santun:
- Pahamilah istrimu, mau jadi galak atau lembutnya istri tergantung suami, jika kamu sering kali mengecewakannya maka dia agak galak atau diam-diam keluar dari rumah dan menjadi tempat baru.
- Berilah mertua sesuatu, entah hadiah kecil atau uang jika rejekimu sudah cukup untuk anak istrimu, sebab mertua adalah orng tuamu sendiri, jangan karena telah emmbawa anaknya pergi dari rumah kamu acuh tak acuh, dengan dalih "tuntunan Al Quran tidak ada", hmmm__ coba perdalami alQuran lebih dalam, jika "birrulwalidain" disebutkan disana, berrati dengan orangtuamu atau mertuamu u harus taat dan berbakti.
Begitu juga sebagai istri, cobalah pahami laki-lakimu sedang berusaha keras untuk membahagiakanmu, dengan caranya sendiri. Ketika hub sudah terjalin dan sebelumnya u sudah mengiyakan syarat-syarat yang diberikan, harusnya u komitmen. meski mungkin, sebelum dan sesudah menikah ekspektasimu berubah, namun itu adlah pilihanmu, tanpa paksaan.
Memang memaafkan tidaklah mudah, suatu waktu akan bisa namun tidak melupakan.
SETELAH DUA TAHUN...
Dengan konflik yang berkepanjangan, hilangnya cinta dan sayang membuat hubungan tak lagi harmonis, namun karena ada anak yang lucu dan mengharap orang tuanya bersatu, maka si teman akhirnya pergi ke luar Jawa dan menetap disana bersama istrinya. Ia mulai menurunkan egonya, ia mulai menyadari bahwa keluarga sangat penting, tak peduli siapa yang salah, selagi hubungan masih bisa diselamatkan dengan salah satu yang mengalah, maka ia melewati jalan itu.
A Relationship isn't always 50/50
Some days your person will struggle
You suck it up and pick up that 80/20 because they need you
That's Love
Thanks sudah membaca sampai habis...