Oleh : Any Tarsilah
PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH: SUNAN AMPEL
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena atau kejadian yang tampak mata.
B. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami perjuangan salah satu Wali Songo yakni Sunan Ampel dalam mensyiarkan agama Islam di tanah jawa.
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1.1 Mendeskripsikan biografi Sunan Ampel.
3.1.2 Menjelaskan semangat perjuangan Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam di jawa.
3.1.3 Menjelaskan cara berdakwah Sunan Ampel serta pencapaian murid-murid beliau.
D. MATERI PEMBALAJARAN
1. Biografi Sunan Ampel.
Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat) atau yang sering kita sapa dengan Sunan Ampel dilahirkan di Negeri Champa (Sepanjang pantai Vietnam) pada 1401 M. Negeri Champa diketahui berdiri pada tahun 192 Masehi. Sampai sekarang masih ada komunitas masyarakat Champa di Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia dan Pulau Hainan (Tiongkok). Sedangkan nama Ampel mengacu pada nama sebuah tempat yang mana dulu beliau bermukim lama di sana, yaitu daerah Ampel atau Ampel Denta, yang kini masuk wilayah Surabaya bagian utara.
Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) yang merupakan keturunan Syekh Jamalludin Jumadil Kubra. Syekh Jamalludin merupakan ulama yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan. Samarqand merupakan daerah dilahirkannya Ulama-Ulama besar. Salah satunya adalah Imam Bukhari yang dikenal sebagai pewaris hadist yang shahih.
Saat Sunan Ampel wafat, kepergiannya sangat menyedihkan hati bagi umatnya. Sayang waktu wafatnya tidak tercatat dengan jelas. Menurut Babad Gresik, menyebutkan Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 M dengan candra sengkala, “ulama ampel seda masjid”. Menurut cerita, Sunan Ampel wafat ketika sedang sujud di masjid dan dimakamkan di sebeleh barat Massjid Ampel.
2. Semangat Perjuangan Sunan Ampel dalam Menyebarkan Islam di Jawa.
Pada suatu waktu, kerajaan Majapahit dalam masa-masa yang suram karena para adipati dan para pembesar kerajaan melupakan tugas sebagai seorang pemimpin dan lebih suka hidup bermewah-mewah, serta berpesta pora. Prabu Brawijaya sebagai raja merasa sedih mengetahui keadaan kerajaan yang carut marut seperti itu dan tak kuasa untuk memperbaikinya. Melihat keadaan seperti itu, permaisuri mengusulkan kepada Prabu Brawijaya untuk medatangkan seseorang yang mampu mengatasi masalah-masalah seperti itu, yaitu keponakannya sendiri yang bernama Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat). “Saya punya keponakan yang ahli dalam pendidikan budi pekerti,” kata sang Permaisuri. “ Namanya Ali Rahmatullah atau biasa dipanggil Raden Rahmat, putra Kakandra Dewi Candrawulan.”
Raja Majapahit pun mengirim utusan untuk menjemput Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat). Akhirnya Raden Rahmat menginjakkan kakinya di tanah jawa bersama Ayah (Maulana Malik Ibrahim) dan kakaknya. Namun mereka berpisah selama diperjalanan. Ayah dan kakaknya berhenti di daerah tuban untuk beristirahat dan berniat berdakwah didaerah tersebut. Sedangkan Sayyid tetap melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di Majapahit.
Prabu Brawijaya menyambut hangat kedatangan Sayyid Ali Rahmatullah di Istana Majapahit, dan Sayyid pun menyatakan sanggup menjalankan tugas yang diamanatkan oleh raja Majapahit itu. Berkat kesabaran dan juga kewibawaannya, Sayyid Ali Rahmatullah berhasil mengatasi situasi kerajaan Majapahit yang tadinya seolah tanpa pimpinan itu. Melihat keberhasilan Sayyid Rahmatullah, maka Baginda memberikan anugerah, yaitu menjodohkan Sayyid Ramatullah dengan salah seorang putrinya, yaitu Dewi Condrowati. Dari pernikahan ini dia dikaruniai beberapa orang putra dan putri. Dua putranya kelak menjadi wali, yaitu Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Raden Qasim).
Di dalam Beberapa versi juga menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayyid Ali Murtadho, sang adik. Pada tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Pelembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting oleh Prabu Brawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban.
Sayyid Ali Rahmatullah akhirnya menjadi pangeran kerajaan Majapahit karena menjadi menantu Prabu Brawijaya. Karena dalam keluarga kerajaan Majapahit menyebut pangeran dengan sebutan “Raden”, maka Sayyid Ali Rahmatullah dikenal dengan nama Raden Rahmat. Raden Rahmat pun melanjutkan mendidik dan menyadarkan para bangsawan dan adipati menuju ke jaan yang benar. Setelah berbagai cara dilakukan, akhirnya Raden Rahmat berhasil dan melanjutkan niatnya untuk berdakwah dalam masyarakat. Tentu Raden Rahmat diterima masyarakat dengan baik karena telah menyadarkan Adipati dan bangsawan di kerajaan Majapahit.
Saat melaksanakan dakwah di lingkup masyarakat, Raden bertemu dengan dua tokoh masyarakat yang mau menjadi pengikut Raden Rahmat, yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Raden Rahmat memanfaatka keadaan ini sekaligus berdakwah bersama dua tokoh tadi. Dengan begitu sangat mudah bagi Raden Rahmat untuk mengajarkan Islam. Suatu ketika saat Raden Rahmat berjalan menyusuri desa, Raden tiba di sebuah tempat yang kososng. Raden segera membangun masjid untuk beribadah bagi masyarakat. Daerah tersebut kini dikenal dengan Ampel Denta. Karena Raden Rahmat diberi kekuasaan di daerah tersebut, Raden Rahmat akhirnya dikenal dengan Sunan Ampel.
3. Cara Berdakwah Sunan Ampel dan Pencapaian Murid-Murid Beliau
Cara yang ditempuh oleh Sunan Ampel dalam berdakwah sangat singkat dan cepat, antara lain adalah dengan dikenalnya falsafah Moh Limo, artinya tidak melakukan lima hal tercela. Falsafah Moh Limo ini tampaknya menjawab problem kemerosotan moral warga Majapahit ketika itu. Falsafah tersebut yaitu :
Sunan Ampel juga tampak memperhatiakan masalah kaderisasi, hal itu terbukti bahwa dua orang putranya kemudian juga menjadi tokoh-Islam terkemuka. Kedua putranya itu adalah Raden Makdun Ibrahim yang kelak bergelar Sunan Bonang, dan Raden Qasim yang kelak bergelar Sunan Drajat. Selain itu, putri-putrinya juga dinikahkan dengan murid-muridnya yang kelak menjadi pemuka agama islam juga, misalnya Sunan Giri dan Sunan Kalijaga.
Sebagai seorang Sunan atau Wali yang banyak memiliki kelebihan, baik di bidang ilmu Agama Islam maupun kesaktian, tak heran bila Sunan Ampel juga banyak memiliki murid-murid, yang kelak juga menjadi penerus bagi cita-cita dan juga bagi kerajaan Islam. Beberapa orang muridnya yang terkenal, di antaranya adalah:
Pada pertengahan Abad 15, pesantran tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan sampai mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para satri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mazhab Hanafi. Namun, pada santrinya Sunan Ampel hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Metode yang paling umum di gunakan guru-guru saat ini adalah metode ceramah dimana penyampaian materinya melalui penjelasan lisan. Jika dalam pembelajaran SKI, paling cocok jika di terapkan dalam materi-materi yang mencerittakan kejadian-kejadian masa lampau dan menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut. Dalam metode ini bisa disertai tanya jawab antar guru maupun antar siswa sebagai sarana komunikasi dan menjelaskan beberapa hal yang belum dipahami.
2. Metode Concept Map (peta konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara menyeluruh.
3. Metode Timeline (Garis Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta rentetan peristiwanya. Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan perkembangan satu kebudayaan, oleh karena itu dia bisa dibuat panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah kebudayaan Islam bisa dibuat mulai dari zaman Jahiliyah menjelang Islam hadir sampai pada saat ini. Timeline juga hanya bisa dibuat menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun waktu atau periode tertentu. Ini adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang merah atau hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
G. ANALISIS DAN IMPLEMENTASI
Berdasarkan pembahasan tentang Sunan Ampel maka dapat kita ambil kesimpulan diantaranya:
Adapun implementasi yang dapat kita ambil adalah tentang strategi dakwah yang beliau terapkan yaitu cara beliau mengambil hati rakyat. Beliau amati terlebih dahulu kondisi masyarakat yang akan menjadi obyek dakwah. Perlahan beliau dekati masyarakat sehingga mendapatkan hati mereka, barulah ajaran-ajaran Islami beliau masukkan dalam kehidupan sehari-sehari. Dalam kondisi sekarang yang masuk arus globalisasi, yang mengedepankan informasi lewat sosial media, akan semakin sulit memengaruhi hati para pendengar, apalagi sampai mennghasilkan murid-murid yang kelak menjadi penceramah yang mashur.
PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH: SUNAN AMPEL
A. KOMPETENSI INTI
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena atau kejadian yang tampak mata.
B. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami perjuangan salah satu Wali Songo yakni Sunan Ampel dalam mensyiarkan agama Islam di tanah jawa.
C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1.1 Mendeskripsikan biografi Sunan Ampel.
3.1.2 Menjelaskan semangat perjuangan Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam di jawa.
3.1.3 Menjelaskan cara berdakwah Sunan Ampel serta pencapaian murid-murid beliau.
D. MATERI PEMBALAJARAN
1. Biografi Sunan Ampel.
Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat) atau yang sering kita sapa dengan Sunan Ampel dilahirkan di Negeri Champa (Sepanjang pantai Vietnam) pada 1401 M. Negeri Champa diketahui berdiri pada tahun 192 Masehi. Sampai sekarang masih ada komunitas masyarakat Champa di Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia dan Pulau Hainan (Tiongkok). Sedangkan nama Ampel mengacu pada nama sebuah tempat yang mana dulu beliau bermukim lama di sana, yaitu daerah Ampel atau Ampel Denta, yang kini masuk wilayah Surabaya bagian utara.
Ayah Sunan Ampel adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) yang merupakan keturunan Syekh Jamalludin Jumadil Kubra. Syekh Jamalludin merupakan ulama yang berasal dari Samarqand, Uzbekistan. Samarqand merupakan daerah dilahirkannya Ulama-Ulama besar. Salah satunya adalah Imam Bukhari yang dikenal sebagai pewaris hadist yang shahih.
Saat Sunan Ampel wafat, kepergiannya sangat menyedihkan hati bagi umatnya. Sayang waktu wafatnya tidak tercatat dengan jelas. Menurut Babad Gresik, menyebutkan Sunan Ampel wafat pada tahun 1481 M dengan candra sengkala, “ulama ampel seda masjid”. Menurut cerita, Sunan Ampel wafat ketika sedang sujud di masjid dan dimakamkan di sebeleh barat Massjid Ampel.
2. Semangat Perjuangan Sunan Ampel dalam Menyebarkan Islam di Jawa.
Pada suatu waktu, kerajaan Majapahit dalam masa-masa yang suram karena para adipati dan para pembesar kerajaan melupakan tugas sebagai seorang pemimpin dan lebih suka hidup bermewah-mewah, serta berpesta pora. Prabu Brawijaya sebagai raja merasa sedih mengetahui keadaan kerajaan yang carut marut seperti itu dan tak kuasa untuk memperbaikinya. Melihat keadaan seperti itu, permaisuri mengusulkan kepada Prabu Brawijaya untuk medatangkan seseorang yang mampu mengatasi masalah-masalah seperti itu, yaitu keponakannya sendiri yang bernama Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat). “Saya punya keponakan yang ahli dalam pendidikan budi pekerti,” kata sang Permaisuri. “ Namanya Ali Rahmatullah atau biasa dipanggil Raden Rahmat, putra Kakandra Dewi Candrawulan.”
Raja Majapahit pun mengirim utusan untuk menjemput Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat). Akhirnya Raden Rahmat menginjakkan kakinya di tanah jawa bersama Ayah (Maulana Malik Ibrahim) dan kakaknya. Namun mereka berpisah selama diperjalanan. Ayah dan kakaknya berhenti di daerah tuban untuk beristirahat dan berniat berdakwah didaerah tersebut. Sedangkan Sayyid tetap melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di Majapahit.
Prabu Brawijaya menyambut hangat kedatangan Sayyid Ali Rahmatullah di Istana Majapahit, dan Sayyid pun menyatakan sanggup menjalankan tugas yang diamanatkan oleh raja Majapahit itu. Berkat kesabaran dan juga kewibawaannya, Sayyid Ali Rahmatullah berhasil mengatasi situasi kerajaan Majapahit yang tadinya seolah tanpa pimpinan itu. Melihat keberhasilan Sayyid Rahmatullah, maka Baginda memberikan anugerah, yaitu menjodohkan Sayyid Ramatullah dengan salah seorang putrinya, yaitu Dewi Condrowati. Dari pernikahan ini dia dikaruniai beberapa orang putra dan putri. Dua putranya kelak menjadi wali, yaitu Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Raden Qasim).
Di dalam Beberapa versi juga menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayyid Ali Murtadho, sang adik. Pada tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Pelembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting oleh Prabu Brawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban.
Sayyid Ali Rahmatullah akhirnya menjadi pangeran kerajaan Majapahit karena menjadi menantu Prabu Brawijaya. Karena dalam keluarga kerajaan Majapahit menyebut pangeran dengan sebutan “Raden”, maka Sayyid Ali Rahmatullah dikenal dengan nama Raden Rahmat. Raden Rahmat pun melanjutkan mendidik dan menyadarkan para bangsawan dan adipati menuju ke jaan yang benar. Setelah berbagai cara dilakukan, akhirnya Raden Rahmat berhasil dan melanjutkan niatnya untuk berdakwah dalam masyarakat. Tentu Raden Rahmat diterima masyarakat dengan baik karena telah menyadarkan Adipati dan bangsawan di kerajaan Majapahit.
Saat melaksanakan dakwah di lingkup masyarakat, Raden bertemu dengan dua tokoh masyarakat yang mau menjadi pengikut Raden Rahmat, yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Raden Rahmat memanfaatka keadaan ini sekaligus berdakwah bersama dua tokoh tadi. Dengan begitu sangat mudah bagi Raden Rahmat untuk mengajarkan Islam. Suatu ketika saat Raden Rahmat berjalan menyusuri desa, Raden tiba di sebuah tempat yang kososng. Raden segera membangun masjid untuk beribadah bagi masyarakat. Daerah tersebut kini dikenal dengan Ampel Denta. Karena Raden Rahmat diberi kekuasaan di daerah tersebut, Raden Rahmat akhirnya dikenal dengan Sunan Ampel.
3. Cara Berdakwah Sunan Ampel dan Pencapaian Murid-Murid Beliau
Cara yang ditempuh oleh Sunan Ampel dalam berdakwah sangat singkat dan cepat, antara lain adalah dengan dikenalnya falsafah Moh Limo, artinya tidak melakukan lima hal tercela. Falsafah Moh Limo ini tampaknya menjawab problem kemerosotan moral warga Majapahit ketika itu. Falsafah tersebut yaitu :
- Moh Main (tidak mau berjudi)
- Moh Ngombe (tidak mau mabuk)
- Moh Maling (tidak mau mencuri)
- Moh Madat (tidak mau menghisap candu)
- Moh Madon (tidak mau berzina)
Sunan Ampel juga tampak memperhatiakan masalah kaderisasi, hal itu terbukti bahwa dua orang putranya kemudian juga menjadi tokoh-Islam terkemuka. Kedua putranya itu adalah Raden Makdun Ibrahim yang kelak bergelar Sunan Bonang, dan Raden Qasim yang kelak bergelar Sunan Drajat. Selain itu, putri-putrinya juga dinikahkan dengan murid-muridnya yang kelak menjadi pemuka agama islam juga, misalnya Sunan Giri dan Sunan Kalijaga.
Sebagai seorang Sunan atau Wali yang banyak memiliki kelebihan, baik di bidang ilmu Agama Islam maupun kesaktian, tak heran bila Sunan Ampel juga banyak memiliki murid-murid, yang kelak juga menjadi penerus bagi cita-cita dan juga bagi kerajaan Islam. Beberapa orang muridnya yang terkenal, di antaranya adalah:
- Raden Patah ( Raja Kerajaan Demak yang pertama)
- Sunan Giri (Raden Paku)
- Sunan Bonang (Raden Makdun Ibrahim/Putra Sunan Ampel)
- Sunan Drajat (Raden Qasim/Putra Sunan Ampel)
- Sunan Kalijga (Raden Syahid/Menantu Sunan Ampel)
- Raden Bathoro Kolong (Adipati Ponorogo Pertama)
- Masjid Sunan Ampel
- Pusaka-pusaka Sunan Ampel
- Keris Setan Kober
Pada pertengahan Abad 15, pesantran tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan sampai mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para satri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mazhab Hanafi. Namun, pada santrinya Sunan Ampel hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah.
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Metode yang paling umum di gunakan guru-guru saat ini adalah metode ceramah dimana penyampaian materinya melalui penjelasan lisan. Jika dalam pembelajaran SKI, paling cocok jika di terapkan dalam materi-materi yang mencerittakan kejadian-kejadian masa lampau dan menjelaskan hikmah apa yang bisa diambil dari sejarah tersebut. Dalam metode ini bisa disertai tanya jawab antar guru maupun antar siswa sebagai sarana komunikasi dan menjelaskan beberapa hal yang belum dipahami.
2. Metode Concept Map (peta konsep)
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendeskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatannya. Guru bisa memanfaatkan peta konsep untuk dijadikan sebagai metode penyampaian materi sejarah. Penyampaian materi dengan peta konsep akan memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara menyeluruh.
3. Metode Timeline (Garis Waktu)
Metode ini tergolong tepat untuk pembelajaran sejarah karena di dalamnya termuat kronologi terjadinya peristiwa. Dengan metode ini, peserta didik bisa melihat urutan kejadian dan akhirnya juga bisa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab akibat dan bahkan bisa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuan penguasaan Timeline beserta rentetan peristiwanya. Timeline dipakai untuk melihat perjalanan dan perkembangan satu kebudayaan, oleh karena itu dia bisa dibuat panjang atau hanya sekedar periode tertentu. Timeline untuk sejarah kebudayaan Islam bisa dibuat mulai dari zaman Jahiliyah menjelang Islam hadir sampai pada saat ini. Timeline juga hanya bisa dibuat menggambarkan perjalanan peristiwa dalam satu kurun waktu atau periode tertentu. Ini adalah metode survey sejarah yang sangat baik karena peserta didik akan melihat benang merah atau hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1.
|
Persiapan
|
1. Guru memberi salam dan
melakukan absensi
2. Guru menciptakan kondisi belajar
siswa dengan
menggunakan Ice Breaking.
Ice
Breaking berupa: Tepuk sesuai intruksi, apabila
guru bilang pagi maka siswa tepuk 1x, siang 2x, sore 3x, malam tidak tepuk, apabila ada siswa yang salah maka guru memberinya hukuman sesuai dengan kesepakatan teman-temannya. |
2.
|
Pelaksanaan
|
Metode Ceramah, adapun langkah-langkahnya:
a. Guru
menentukan topik yang akan dibahas serta
menyiapkan segala hal yang diperlukan.
b. Guru menyampaikan materi terkait sesuai
dengan
perencanaan sehingga dapat mencapai target yang diinginkan.
c. Guru memastikan tingkat pemahaman siswa dengan
metode selanjutnya.
Metode mind map, langkah-langkahnya yakni:
a. Guru menyiapkan beberapa
bahan untuk membuat mapping (kertas kosong tak bergaris, pena, dan pensil
warna).
b. Guru membuat 3 kelompok, yang
masing-masing kelompok diberikan bagian yang berbeda sesuai materi yang
dibahas.
c. Guru membagikan materi dan
bahan yang telah disediakan, dan guru memberikan arahan bagaimana membuat
mind map.
Metode
Timeline, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Sampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai peserta didik dalam pembelajaran hari itu.
b.Tunjuk kan
pentingnya mempelajari sejarah melalui timeline.
c. Buat timeline dengan cara menarik garis lurus horizontal dan
menuliskan waktu tertentu dan beberapa kejadian penting yang terjadi di
dalamnya. Waktu berikutnya juga ditulis seperti cara titik waktu pertama dan begitu terus sampai pada waktu tertentu
yang sesuai dengan materi pembelajaran
|
3.
|
Evaluasi
|
Mengadakan penilaian
terhadap pemahaman siswa
mengenai bahan yang telah diterimanya melalui tugas |
G. ANALISIS DAN IMPLEMENTASI
Berdasarkan pembahasan tentang Sunan Ampel maka dapat kita ambil kesimpulan diantaranya:
- Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat) atau yang sering kita sapa dengan Sunan Ampel dilahirkan di negeri Champa (Sepanjang pantai Vietnam) pada 1401 M. Sedangkan nama Ampel mengacu pada nama sebuah tempat yang mana dulu beliau bermukim lama di sana, yaitu daerah Ampel atau Ampel Denta.
- Cara yang ditempuh oleh Sunan Ampel dalam berdakwah sangat singkat dan cepat, antara lain adalah dengan dikenalnya falsafah Moh Limo, artinya tidak melakukan lima hal tercela. Falsafah Moh Limo diantaranya: Moh Main, Moh Ngombe, Moh Maling, Moh Madat, Moh Madon.
- Keberhasilan dakwah Sunan Ampel dibuktikan dengan keberhasilan murid-murid beliau yang juga menjadi pendakwah yang mashur diantaranya: Raden Patah, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijga, Raden Bathoro Kolong.
Adapun implementasi yang dapat kita ambil adalah tentang strategi dakwah yang beliau terapkan yaitu cara beliau mengambil hati rakyat. Beliau amati terlebih dahulu kondisi masyarakat yang akan menjadi obyek dakwah. Perlahan beliau dekati masyarakat sehingga mendapatkan hati mereka, barulah ajaran-ajaran Islami beliau masukkan dalam kehidupan sehari-sehari. Dalam kondisi sekarang yang masuk arus globalisasi, yang mengedepankan informasi lewat sosial media, akan semakin sulit memengaruhi hati para pendengar, apalagi sampai mennghasilkan murid-murid yang kelak menjadi penceramah yang mashur.