SKI DI MADRASAH: BELAJAR ILMU PEMERINTAHAN DARI ALI BIN ABI THALIB


Oleh: Arifia Khalifah Putri dan Avifa Nur Laila Nanda Yusik


SKI DI MADRASAH:
BELAJAR ILMU PEMERINTAHAN DARI ALI BIN ABI THALIB

KOMPETENSI INTI:
KI-1  Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Menghayati  dan  mengamalkan  perilaku  jujur,  disiplin,  tanggungjawab,  peduli  (gotong royong,  kerjasama,  toleran  dan  damai),  santun,  responsif  dan  pro-aktif  dan  menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahn dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 Memahami,  menerapkan,  dan  menganalisis  pengetahuan  faktual,  konseptual,  prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknilogi, seni, budaya,  dan  humaniora  dengan  wawasan  kemanusiaan,  kebangsaan,  kenegaraan,  dan peradaban   terkait   penyebab   fenimena   dan   kejadian   serta   menerapkan   pengetahuan prosedural  pada  bidang  kajian  yang  spesifik  sesuai  dengan bakat  dan  minatnya  untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah,   menalar,   dan   menyaji   dalam   ranah   konkret   dan   abstrak   terkait   dengan pengembangan  dari  yang  dipelajarinya  disekolah  secara  mandiri,  bertindak  secara  efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.1   Menghayati pola kepemimpinan Ali bin Abi Thalib sebagai implementasi dari kewajiban berdakwah.
3.1   Memiliki pemahaman dalam mendeskripsikan proses pemilihan Khalifah Ali bin Abi Thalib
3.2  Mendeskripsikan strategi dakwah Ali bin Abi Thalib pada masa pemerintahannya
3.3  Memahami kebijakan yang dilakukan dan prestasi yang telah diraih pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
4.1  Memiliki sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

A. MATERI
1.     Riwayat hidup Ali Bin Abi Thalib
          Ia adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf, sepupu Nabi Muhammad SAW, dan suami dari pemimpin seleuruh perempuan, Fatimah binti Nabi Muhammad, serta ayah dari dua cucu beliau, al-Hasan    dan al-husain. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin hasyim bin Abdu Manaf. Ia masuk islam ketika masih kecil, yaitu berumur delapan tahun.[1] Semasa hidup Ali, Ia mempunya banyak istri. Wanita-wanita yang pernah menjadi istrinya adalah: Fatimah binti Rasulullah SAW, Umamah binti Abul ‘Ash, Khaulah binti Ja’far bin Qais, Laila binti Mas’ud, Ummul Banin bintu Hizam, Asma’ binti ‘Umais, ash-Shahba binti Rabi’ah, dan Ummu Sa’id binti ‘Urwah. Ia memiliki 29 anak, 14 laki-laki dan 15 perempuan. Di antara anak laki-lakinya adalah Hasan dan Husein, pemuka pemuda surga, Muhammad ibn Al-Hanafiyah, Abbas, dan Umar.
             Seperti diketahui Ali adalah keturunan Bani Hasyim dari suku Quraisy. Dalam sejarah, semua orang mengakui ketinggian dan kemuliaan nasab suku Quraisy. Mereka dikenal memiliki bahasa yang fasih dan kemampuan lisan untuk menjelaskan sesuatu dengan gamblang. Keluhuran akhlak, keberanian, dan kedermawanan mereka sudah dikenal setiap orang. Sudah banyak teladan dan contoh orang-orang mulia dari mereka. Pada masa jahiliyah mereka dikenal hidup rukun dan banyak berpegang teguh dengan Syariat Nabi Ibrahim. Mereka tidak sebagaimana orang-orang Arab lainnya ketika itu yang tidak dibimbing dan muliakan oleh agama, serta tidak dihiasi dengan akhlak.[2]
             Rasulullah Saw hendak membalas kebaikan yang dilakukan pamannya Abu Thalib kepada dirinya yang 29 telah merawat dan mencukupi segala kebutuhannya pasca kematian kakeknya Abdul Muthalib dengan meminta Ali untuk hidup bersamanya. Ini merupakan jalan hadirnya nikmat Allah yang sangat besar kepada Ali karena dari sinilah kemudian Ali dirawat dan dididik oleh Rasulullah sesuai dengan petunjuk Allah. Kepribadian
             Sebagai muslim yang sangat kuat Ali tidak ragu untuk mengorbankan dirinya untuk memperjuangkan agama Islam. Pada malam hijrah, Rasulullah saw menugasinya untuk tidur di tempat tidur beliau. Ia ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang-orang musyrik pada pagi harinya. Ia pernah ditugaskan untuk membawa panji Rasulullah dalam berbagai peperangan. Rasulullah juga pernah mendelegasikannya untuk membacakan surat Al-Bara’ah di hadapan kaum muslimin pada musim haji tahun 9 H.[3]

2.     Proses pengangkatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
            Baiat terhadap Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah berjalan dengan suka rela dari kaum muslimin, hal itu berlangsung setelah syahidnya Khalifah Utsman bin Affan ditangan pemberontak. Pada masa ini posisi Khalifah mengalami kekosongan sehingga stabilitas negara mulai goyah. Oleh karena itu harus segera diputuskan siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan. Pada waktu itu ada empat orang sahabat Nabi saw dari enam yang dipilih Umar sebelum wafat, yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair dan Saad bin Abi Waqas. Dilihat dari berbagai segi Ali dianggap yang paling utama. Dalam sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman bin Auf menetapkan Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai umat setelah Utsman bin Affan.
             Sebelumnya Ali menolak untuk memikul jabatan itu, tetapi orang banyak berulang-ulang memintanya untuk dibai’at, dan akhirnya ia mau dibai’at. Tetapi bai’at harus dilakukan di mesjid, dan di depan masyarakat banyak dan tidak tersembunyi, dan atas kerelaan kaum muslimin. Bai’at berlangsung di Mesjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan Anshar dan tidak ada penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh belas sampai dua puluh orang. Pengangkatan Khalifah Ali terjadi pada bulan Zulhijjah tahun 35 H/656 M, dan memerintah selama 4 tahun 9 bulan, menjelang pembunuhan terhadap dirinya pada bulan Ramadhan tahun 40 H/661 M.

3.     Strategi dakwah Ali bin Abi Thalib pada masa pemerintahannya
              Saat beliau menjadi seorang Khalifah beliau melakukan dakwah guna menyebarkan ajaran Islam, diantara yang beliau lakukan adalah:
a.     Secara langsung pengawasan di pasar-pasar dengan memberikan petunjuk-petunjuk, membantu yang lemah, berbincang-bincang dengsn para pedagang, serta memerintahkan kepada mereka agar berlaku tawadhu’, bergaul dengan baik dan membacakan kepada mereka ayat Allah Swt.
b.     Ali selalu beradadi tengah-tengah masyarakat luas guna mengetahui segala kebutuhan mereka, beliau mengikuti roda ekonomi, mengamati timbangan dan takaran serta barang-barang yang tidak laku di pasar-pasar.
c.     Beliau  melakukan pengawasan ketat terhadap para gubernurnya, para komandan pasukan dan para bendaharawan seerta memerintahkan kepada mereka untuk bersikap lembut dan tawadhu’ dalam bergaul dengan orang banyak.
d.     Sebelum berperang Ali mengajak musuhnya untuk mengikuti jalan Allah Swt, Rasul-Nyadan Islam. Setelah ajaran itu ditolak, maka barula Ali mengajaknya berperang,
e.     Ali selalu memeberikan penyambutan hangat dan senyum dan wajah yang berseri terhadap rakyatnya tanpa melihat kedudukan untuk membuang jauh segala formalitas yang membedakan antara pemimpin dan rakyatnya.
f.      Ali jarang mengeluarkan kata-kata untuk menunjukkan kemarahannya karena Beliau menjaga mulut dan lidahnya. Apabila gejolak amarahnya sudah tidak bisa terbendung maka beliau melampiaskan melalui perbuatan, lontaran pananya dan ayunan pedangnya.
g.     Ali juga sangat baik hati terhadap penduduk non muslim. Ia memerintahkan kepada pejabatnya agar memperlakukan mereka dengan baik dan memberi perhatian yang khusus terhadap kebutuhannya.[4]

4.     Kebijakan yang dilakukan dan prestasi yang telah diraih pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
a.    Setelah terbunuhnya Utsman, tuntutan para sahabat terutama yang turunan Umayyah untuk segera mengusut pembunuh Utsman juga sangat kuat. Namun menyadari kondisi pemerintahannya yang masih labil, Ali memilih untuk menunda pengusutan tersebut.[5]
b.   Diantara pemicu terjadinya fitnah di zaman Utsman adalah kecenderungan pemerintahannya yang dianggap nepotis, yang mengangkat kerabatnya untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Hal inilah antara lain yang digugat oleh kaum pemberontak. Ali segera mengambil kebijaksanaan untuk mengganti gubernur yang sudah diangkat Utsman.
c.    Memberi tunjangan kepada kaum muslimin yang diambil dari baitul mal, tanpa melihat apakah masuk islam dahulu atau belakangan.
d.   Mengatur tata laksana pemerintahan untuk mengembalikan kepentingan umat.
e.    Menarik kembali harta dan tanah yang dihadiahkan Utsman kepada keluarga dan kerabat Utsman.
f.    Melaksanakan kembali sistem pajak yang pernah diterapkan Umar.[6]
g.   Membangun dan memeperhatikan masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah
h.   Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ). Untuk pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

5.     Wafatnya Ali Bin Abi Thalib
             Khalifah Ali bin Abi Thalib menyadari bahwa saat-saat yang di wartakan oleh Rasulullah SAW, telah semakin dekat. Terbayang kembali di pelupuk matanya wajah sang kekasih fatimah sang bunga, juga ayah mertuanya yang mulia Muhammad SAW. Ali sangat menyakini bahwa ia akan terbunuh karena Nabi SAW, telah mengabarkan hal itu kepadanya. Benarlah sabda Rasul yang jauh hari telah mengabarkan kematian Ali, “ketika kaum khawarij di serang dan di binasakan di Nahrawan, mereka bersepakat membunuh Ali, Muawiyah, dan amr ibn al-Ash”.
             Beberapa sejarah menyebutkan bahwa tiga orang khawarij yaitu Abdurrahman ibn Amr, al-Burk ibn Abdullah al-Tamimi dan Amr Bakr al-Tamimi.  Mereka dendam kepada yang membunuh saudara-saudara mereka. Salah seorang dari mereka berkata, “apakah yang akan kita lakukan untuk membalas kematian mereka?”, alangkah baiknya kita untuk mendatangi dan para penguasa itu. Akhirnya muncul kesepakatan, Abdurrahman ibn Amr membunuh Ali, al-Burk membunuh Muawiyah, Amr ibn Bakr membunuh Amr ibn al-Ash. Mereka berjanji tidak seorang pun yang boleh pulang ke rumah hingga sasaranya terbunuh. Mereka sepakat melaksanakan rencana tersebut pada tanggal 17 Ramadhan.
             Tanggal 17 Ramadhan pun telah tiba. Tak terlintas sedikitpun di pikran Ali, bahwa hari yang di nantinya telah tiba.  Seperti biasanya Ali bangung pagi untuk membangunkan orang shalat subuh. Namun, Ali belum jalan jauh dari Rumahnya, ibn muljam menebaskan pedangnya hingga ia jatuh dan ke tengkuk Ali. Sehingga darah mengalir membasahi jenggotnya. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40 H, Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Ia menjadi khalifah 4 Tahun 9 bulan dan 6 Hari

B.  Metode Pembelajaran
  1. Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering dan dalam pemakaian disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
A.   Langkah-langkah metode sosiodrama adalah :
a.   Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas
b.     Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut
c.     Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memaikan peranannya di depan kelas
d.     Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung
e.     Beri kesempatan kepaa para pelaku untuk berunding dalam beberapa menit  sebelum mereka memainkan peranannya
f.      Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan
g.     Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama ter-sebut
h.     Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.
B.     Kelebihan Metode Sosiodrama
a.   Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan me-ngingat  isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati, isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama
b.     Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia
c.     Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d.     Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya
e.     Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesama
f.      Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.
C.     Kelemahan Metode Sosiodrama
a.     Sebagian Besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif
b.     Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksnaan pertunjukan
c.     Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas
d.     Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.[7]
2.     Metode Problem Solving
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
A.   Langkah-langkah metode Problem Solving sebagai berikut :
a.     Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
b.     Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
c.     Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut
d.     Menguji kebebenaran jawaban sementara tersebut
e.     Menarik kesimpulan
B.    Kelebihan Metode Problem Solving sebagai berikut :
a.     Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b.     Poses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c.     Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.
C.    Kelemahan metode Problem Solving sebagai berikut :
a.     Menentukan suatu masalah yang tingkat ksulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampila guru.
b.     Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaka mengambil waktu pelajaran lain.
c.     Menguah kebiasaan siswa belajar dengan menggunakan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memelukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.[8]
3.     Metode tanya jawab
Metode tanya-jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam metode tanya-jawab terdapat kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus memperhatikan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan digunakan.
Dalam menggunakan metode tanya-jawab, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, jenis pertanyaan; kedua, teknik mengajukan pertanyaan; ketiga, memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode tanya-jawab sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang benar; keempat, memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan metode tanya jawab, di antaranya prinsip keserasian, integrasi, kebebasan, dan individual. Disamping itu, metode tanya-jawab juga bisa dikombinasikan dengan metode lain, seperti metode ceramah, pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain. Metode ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya:
a.    Kelebihan metode tanya jawab
a)   Kelas akan hidup karena anak didik aktif berfikir dan menyampaikan  pikiran melalui berbicara.
b)  Baik sekali untuk melatih anak didik agar berani mengemukakan  pendapatnya.
c)   Akan membawa kelas kedalam suasana diskusi.
b.   Kekurangan metode tanya jawab
a)   Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok  persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan  baru.
b)  Membutuhkan waktu yang banyak dalam proses tanya jawab dari guru untuk siswa.[9]
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran               
     Adapun perencanaan pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:
1)   Kegiatan Awal:
a.    Memberikan salam pembuka dan melakukan doa bersama
b.   Mengkondisikan kelas, agar kondusif untuk mendukung proses pembelajaran dengan cara meminta peserta didik membersihkan papan tulis dan merapikan tempat duduk, menyiapkan buku pelajaran dan buku referensi yang relevan serta alat tulis yang diperlukan.
c.    Mengajak peserta didik agar selalu mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kehidupan sebagai tanda syukur kepada Tuhan.
d.   Memberi penjelasan tentang cakupan materi yang akan dipelajari beserta tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
e.    Membuat kesepakatan dengan peserta didik terkait kegiatan yang akan dilakukan (termasuk di dalamnya tentang pembagian kelompok kerja peserta didik).
2)  Kegiatan Inti:
a.    Menampilkan beberapa permasalahan dalam kehidupan terkait materi pembelajaran dalam bentuk gambar /slide/video berkaitan dengan materi peperangan dan permasalahan masa kini tentang kepemimpinan.
b.   Pemecahkan permasalahan yang ditampilkan dan memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya.
c.    Memberikan, meluruskan dan memberikan materi lanjut untuk meneruskan argumen siswa
d.   Menunjuk perwakilan siswauntuk melakukan drama singkat yang dibuat oleh guru terkait kepemimpinan masa Khalifah Ali.
e.    Merefleksikan dan menghubungkan kepemimpinan masa itu dengan kepemimpinan di negara kita sekarang.
f.    Mengamati  beberapa permasalahan yang terkait dengan materi  yang sedang dipelajari, yaitu pemilihan dan kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.
g.   Mengadakan segmen tanya jawab terkait materi setelah permasalahan yang di tampilkan dislide maupun drama singkat yang di praktekkan.
3)  Kegiatan Akhir:
a.    Menarik kesimpulan bersama
b.   Mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
c.    Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d.   Memberi tugas rumah untuk mengerjakan tugas atau jenis kegiatan siswa lain baik secara berkelompok dengan baik sesuai perintah guru;
e.    Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya; dan
f.    Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama.

D. Analisa dan Implementasi
       Berdasarkan hasil pembahasan tentang Khalifah Ali bin Abi Thalib maka kami dapat menarik kesimpulan bahwasannya:
1.     Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf, sepupu nabi Muhammad Saw dan suami dari Fatimah binti Nabi Muhammad. Beliau merupakan Khalifah ke-4 dan diangkat untuk menggantikan Khalifah Utsman bin Affan yang syahid.
2.     Para Ulama’ akhirnya memilih dan mempercayai Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan khalifah karena mereka menganggap hanya Ali lah  yang paling berhak dan dikira mampu untuk menjaga kestabilitasan negara walaupun tetap ada juga beberapa ulama’ yang menentangnya. Awalnya beliau menolak namun karena desakan danpermohan serta persetujuan banyak pihak akhirnya beliau menerimnya.
3.     Beliau berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam dalalm kesehariannya dengan memberikan contoh perbuatan ataupun berkata langsung. Beliau langsung terjun kelapangan untuk melihatdan mengajarkan ilmu kepada rakyatnya.
4.     Beliau banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang tidak umum dan menegakkan keadilan untuk menghapus tuntas nepotisme yang dilakukan leh pemimpin sebelumnya dan kemudian beliau mendapatkan banyak prestasi yang luar biasa seperti mencpatakan dan membangun kota.
5.     Tanggal 17 Ramadhan pun telah tiba, ketika Ali berjalan untuk membangunkan orang-orang untuk sholat subuh, ibn muljam menebaskan pedangnya hingga ia jatuh. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40 H, Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib.

       Adapun implementasi yang kami ambil dari kisah Khlaifah Ali bin Abi Thalib adalah cara kepemimpinannya. Beliau memimpin dengan menerapkan ukhuwah yang indah. Beliau memimpin dengan kerendahan hati dan berinteraksi serta bersosial dengan baik kepada siapapun tanpa memandang bulu. Beliau senantiasa memprioritaskan rakyat dan berusaha memahami keadaan dan apa yang dirasakan oleh rakyat. Beliau memperperlakukan seluruh rakyatnya dengan adil dan rata. Beliau juga memperhatikan dan menghormati perbedaan, perbedaan agama misalnya. Beliau tetap berusaha memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya walaupun itu non muslim.
       Dapat dijadikan acuan dan motivasi kepada seluruh pemimpin masa kiniuntuk menyerap apa yang beliau telah lakukan dan contohnya. Sebaiknya sebagai seorang pemimpin harus sukses tingkatnya adalah dicintai oleh rakyatnya karena seluruh aspek yang dibutuhkan dalam diri seorang pemimpin itu ada. Tidak hanya seorang pemimpin dalam lingkup luas, diri kita sendiri adalah pemimpin untuk diri kita, maka kita harus senantiasa adil dan melakukan segalassuatu yang benar terhadap diri kita karena semua kepemimpinan akan dimintai pertanggungjawaban.

Daftar Pustaka
Afandi, Muhammad. 2013. Model dan Metode Pmbelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.
Al-Khamis, Utsman bin Muhammad. 2012. Hiqbah Minat Tarikh (Inilah Faktanya, Meluruskan Sejarah Umat Islam Sejak Wafat Nabi Muhammad SAW Hingga Terbunuhnya al-Husain) diterjemahkan: Syafarudin. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.
Al-Maududi, Abul ‘Ala. 2002. Khalifah dan Kerajaan. Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah dkk. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras.
Khoiriyah. 2012.  Reorientasi Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras.
Muhamamd, Ash-Shalabi Ali. 2008. Biografi Ali bin Abi Talib,. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Mursi, Muhammad Sa’id. 2007. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.


            [1] Utsman bin Muhammad al-Khamis, Hiqbah Minat Tarikh (Inilah Faktanya, Meluruskan Sejarah Umat Islam Sejak Wafat Nabi Muhammad SAW Hingga Terbunuhnya al-Husain) diterjemahkan: Syafarudin, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2012), cet. 2, hal. 167.
            [2] Ash-Shalabi Ali Muhamamd, Biografi Ali bin Abi Talib, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), hal. 34.
            [3] Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hal. 20.
[4]Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 2002), hal. 123.
[5] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 61.
[6] Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal. 66.
[7] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm 89
[8] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar …, hlm 91
[9]Zakiah Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), Hal. 138-143.
logoblog
Previous
« Prev Post