Oleh: Arifia Khalifah Putri dan Avifa Nur Laila Nanda
Yusik
SKI DI MADRASAH:
BELAJAR ILMU PEMERINTAHAN DARI ALI BIN ABI THALIB
BELAJAR ILMU PEMERINTAHAN DARI ALI BIN ABI THALIB
KOMPETENSI INTI:
KI-1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
KI-2 Menghayati dan mengamalkan perilaku
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran
dan damai), santun,
responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahn dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3 Memahami, menerapkan,
dan menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknilogi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab
fenimena dan kejadian
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 Mengolah, menalar,
dan menyaji dalam
ranah konkret dan
abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya disekolah
secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR
1.1 Menghayati
ajaran agama yang dianutnya
2.1
Menghayati pola
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib sebagai implementasi dari kewajiban
berdakwah.
3.1
Memiliki
pemahaman dalam mendeskripsikan proses pemilihan Khalifah Ali bin Abi Thalib
3.2 Mendeskripsikan strategi dakwah Ali bin Abi
Thalib pada masa pemerintahannya
3.3 Memahami kebijakan yang dilakukan dan prestasi
yang telah diraih pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib
4.1 Memiliki sikap semangat ukhuwah sebagai
implementasi dari pemahaman strategi dakwah untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang.
A. MATERI
1. Riwayat hidup Ali Bin Abi Thalib
Ia adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul
Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf, sepupu Nabi Muhammad SAW, dan suami dari pemimpin seleuruh
perempuan, Fatimah binti Nabi Muhammad, serta ayah dari dua cucu beliau,
al-Hasan dan al-husain. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin hasyim bin Abdu Manaf.
Ia masuk islam ketika masih kecil, yaitu berumur delapan tahun.[1] Semasa hidup
Ali, Ia mempunya banyak istri. Wanita-wanita yang pernah menjadi istrinya
adalah: Fatimah binti Rasulullah SAW, Umamah binti Abul ‘Ash, Khaulah binti
Ja’far bin Qais, Laila binti Mas’ud, Ummul Banin bintu Hizam, Asma’ binti
‘Umais, ash-Shahba binti Rabi’ah, dan Ummu Sa’id binti ‘Urwah. Ia memiliki 29
anak, 14 laki-laki dan 15 perempuan. Di antara anak laki-lakinya adalah Hasan
dan Husein, pemuka pemuda surga, Muhammad ibn Al-Hanafiyah, Abbas, dan Umar.
Seperti diketahui Ali adalah keturunan Bani Hasyim dari suku
Quraisy. Dalam sejarah, semua orang mengakui ketinggian dan kemuliaan nasab
suku Quraisy. Mereka dikenal memiliki bahasa yang fasih dan kemampuan lisan
untuk menjelaskan sesuatu dengan gamblang. Keluhuran akhlak, keberanian, dan
kedermawanan mereka sudah dikenal setiap orang. Sudah banyak teladan dan contoh
orang-orang mulia dari mereka. Pada masa jahiliyah mereka dikenal hidup rukun
dan banyak berpegang teguh dengan Syariat Nabi Ibrahim. Mereka tidak
sebagaimana orang-orang Arab lainnya ketika itu yang tidak dibimbing dan
muliakan oleh agama, serta tidak dihiasi dengan akhlak.[2]
Rasulullah Saw hendak membalas
kebaikan yang dilakukan pamannya Abu Thalib kepada dirinya yang 29 telah
merawat dan mencukupi segala kebutuhannya pasca kematian kakeknya Abdul
Muthalib dengan meminta Ali untuk hidup bersamanya. Ini merupakan jalan
hadirnya nikmat Allah yang sangat besar kepada Ali karena dari sinilah kemudian
Ali dirawat dan dididik oleh Rasulullah sesuai dengan petunjuk Allah.
Kepribadian
Sebagai muslim yang sangat kuat Ali
tidak ragu untuk mengorbankan dirinya untuk memperjuangkan agama Islam. Pada
malam hijrah, Rasulullah saw menugasinya untuk tidur di tempat tidur beliau. Ia
ditugaskan Nabi untuk mengembalikan barang-barang kepada orang-orang musyrik
pada pagi harinya. Ia pernah ditugaskan untuk membawa panji Rasulullah dalam
berbagai peperangan. Rasulullah juga pernah mendelegasikannya untuk membacakan
surat Al-Bara’ah di hadapan kaum muslimin pada musim haji tahun 9 H.[3]
2.
Proses
pengangkatan Khalifah Ali bin Abi Thalib
Baiat
terhadap Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah berjalan dengan suka rela dari
kaum muslimin, hal itu berlangsung setelah syahidnya Khalifah Utsman bin Affan
ditangan pemberontak. Pada masa ini posisi Khalifah mengalami kekosongan
sehingga stabilitas negara mulai goyah. Oleh karena itu harus segera diputuskan
siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan. Pada waktu itu ada empat orang
sahabat Nabi saw dari enam yang dipilih Umar sebelum wafat, yaitu Ali bin Abi
Thalib, Thalhah, Zubair dan Saad bin Abi Waqas. Dilihat dari berbagai segi Ali
dianggap yang paling utama. Dalam sebuah pertemuan permusyawaratan Abdurrahman
bin Auf menetapkan Ali sebagai tokoh yang paling dipercayai umat setelah Utsman
bin Affan.
Sebelumnya Ali menolak untuk
memikul jabatan itu, tetapi orang banyak berulang-ulang memintanya untuk
dibai’at, dan akhirnya ia mau dibai’at. Tetapi bai’at harus dilakukan di
mesjid, dan di depan masyarakat banyak dan tidak tersembunyi, dan atas kerelaan
kaum muslimin. Bai’at berlangsung di Mesjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan
Anshar dan tidak ada penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh
belas sampai dua puluh orang. Pengangkatan Khalifah Ali terjadi pada bulan Zulhijjah tahun 35 H/656 M, dan
memerintah selama 4 tahun 9 bulan, menjelang pembunuhan terhadap dirinya pada
bulan Ramadhan tahun 40 H/661 M.
3.
Strategi dakwah Ali bin Abi Thalib pada masa
pemerintahannya
Saat beliau menjadi seorang Khalifah beliau
melakukan dakwah guna menyebarkan ajaran Islam, diantara yang beliau lakukan
adalah:
a.
Secara langsung pengawasan di pasar-pasar dengan
memberikan petunjuk-petunjuk, membantu yang lemah, berbincang-bincang dengsn
para pedagang, serta memerintahkan kepada mereka agar berlaku tawadhu’,
bergaul dengan baik dan membacakan kepada mereka ayat Allah Swt.
b.
Ali selalu beradadi tengah-tengah masyarakat
luas guna mengetahui segala kebutuhan mereka, beliau mengikuti roda ekonomi,
mengamati timbangan dan takaran serta barang-barang yang tidak laku di
pasar-pasar.
c.
Beliau
melakukan pengawasan ketat terhadap para gubernurnya, para komandan
pasukan dan para bendaharawan seerta memerintahkan kepada mereka untuk bersikap
lembut dan tawadhu’ dalam bergaul dengan orang banyak.
d.
Sebelum berperang Ali mengajak musuhnya untuk
mengikuti jalan Allah Swt, Rasul-Nyadan Islam. Setelah ajaran itu ditolak, maka
barula Ali mengajaknya berperang,
e.
Ali selalu memeberikan penyambutan hangat dan
senyum dan wajah yang berseri terhadap rakyatnya tanpa melihat kedudukan untuk
membuang jauh segala formalitas yang membedakan antara pemimpin dan rakyatnya.
f.
Ali jarang mengeluarkan kata-kata untuk menunjukkan
kemarahannya karena Beliau menjaga mulut dan lidahnya. Apabila gejolak
amarahnya sudah tidak bisa terbendung maka beliau melampiaskan melalui
perbuatan, lontaran pananya dan ayunan pedangnya.
g.
Ali juga sangat baik hati terhadap penduduk non
muslim. Ia memerintahkan kepada pejabatnya agar memperlakukan mereka dengan
baik dan memberi perhatian yang khusus terhadap kebutuhannya.[4]
4.
Kebijakan yang
dilakukan dan prestasi yang telah diraih pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib
a.
Setelah terbunuhnya Utsman, tuntutan para sahabat
terutama yang turunan Umayyah untuk segera mengusut pembunuh Utsman juga sangat
kuat. Namun menyadari kondisi pemerintahannya yang masih labil, Ali memilih untuk menunda
pengusutan tersebut.[5]
b.
Diantara pemicu terjadinya fitnah di zaman Utsman
adalah kecenderungan pemerintahannya yang dianggap nepotis, yang mengangkat
kerabatnya untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Hal inilah antara lain yang
digugat oleh kaum pemberontak. Ali segera mengambil kebijaksanaan untuk
mengganti gubernur yang sudah diangkat Utsman.
c.
Memberi tunjangan kepada kaum muslimin yang diambil
dari baitul mal, tanpa melihat apakah masuk islam dahulu atau belakangan.
d.
Mengatur tata laksana pemerintahan untuk
mengembalikan kepentingan umat.
e.
Menarik kembali harta dan tanah yang dihadiahkan
Utsman kepada keluarga dan kerabat Utsman.
f.
Melaksanakan kembali sistem pajak yang pernah
diterapkan Umar.[6]
g.
Membangun dan
memeperhatikan masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota
Kuffah
h.
Khalifah Ali bin
Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu
Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ). Untuk pedoman dasar dalam mempelajari
bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan
mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
5.
Wafatnya Ali Bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi
Thalib menyadari bahwa saat-saat yang di wartakan oleh Rasulullah SAW, telah
semakin dekat. Terbayang kembali di pelupuk matanya wajah sang kekasih fatimah
sang bunga, juga ayah mertuanya yang mulia Muhammad SAW. Ali sangat menyakini bahwa
ia akan terbunuh karena Nabi SAW, telah mengabarkan hal itu kepadanya. Benarlah
sabda Rasul yang jauh hari telah mengabarkan kematian Ali, “ketika kaum
khawarij di serang dan di binasakan di Nahrawan, mereka bersepakat membunuh
Ali, Muawiyah, dan amr ibn al-Ash”.
Beberapa sejarah
menyebutkan bahwa tiga orang khawarij yaitu Abdurrahman ibn Amr, al-Burk ibn
Abdullah al-Tamimi dan Amr Bakr al-Tamimi.
Mereka dendam kepada yang membunuh saudara-saudara mereka. Salah seorang
dari mereka berkata, “apakah yang akan kita lakukan untuk membalas kematian
mereka?”, alangkah baiknya kita untuk mendatangi dan para penguasa itu.
Akhirnya muncul kesepakatan, Abdurrahman ibn Amr membunuh Ali, al-Burk membunuh
Muawiyah, Amr ibn Bakr membunuh Amr ibn al-Ash. Mereka berjanji tidak seorang
pun yang boleh pulang ke rumah hingga sasaranya terbunuh. Mereka sepakat
melaksanakan rencana tersebut pada tanggal 17 Ramadhan.
Tanggal 17 Ramadhan pun
telah tiba. Tak terlintas sedikitpun di pikran Ali, bahwa hari yang di nantinya
telah tiba. Seperti biasanya Ali bangung
pagi untuk membangunkan orang shalat subuh. Namun, Ali belum jalan jauh dari
Rumahnya, ibn muljam menebaskan pedangnya hingga ia jatuh dan ke tengkuk Ali.
Sehingga darah mengalir membasahi jenggotnya. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40
H, Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Ia menjadi khalifah 4
Tahun 9 bulan dan 6 Hari
B. Metode Pembelajaran
- Metode Sosiodrama
Metode Sosiodrama dan role
playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering dan
dalam pemakaian disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan
tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
A.
Langkah-langkah metode sosiodrama adalah :
a.
Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk
dibahas
b.
Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam
konteks cerita tersebut
c.
Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memaikan peranannya di
depan kelas
d.
Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama
sedang berlangsung
e.
Beri kesempatan kepaa para pelaku untuk berunding dalam beberapa menit sebelum mereka memainkan peranannya
f.
Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan
g.
Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan
masalah persoalan yang ada pada sosiodrama ter-sebut
h.
Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan
lebih lanjut.
B.
Kelebihan Metode Sosiodrama
a.
Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan me-ngingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai
pemain harus memahami, menghayati, isi cerita secara keseluruhan, terutama
untuk materi yang diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus
tajam dan tahan lama
b.
Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main
drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu
yang tersedia
c.
Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d.
Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya
e.
Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan
sesama
f.
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain.
C.
Kelemahan Metode Sosiodrama
a.
Sebagian Besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang
kreatif
b.
Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan
pelajaran maupun pada pelaksnaan pertunjukan
c.
Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi
kurang bebas
d.
Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan, dan sebagainya.[7]
2. Metode Problem Solving
Metode
Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam Problem Solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
A.
Langkah-langkah metode Problem Solving sebagai berikut
:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan
b. Mencari data atau keterangan yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah
tersebut
d. Menguji kebebenaran jawaban sementara
tersebut
e. Menarik kesimpulan
B.
Kelebihan Metode Problem Solving sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat pendidikan di
sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b. Poses belajar mengajar melalui pemecahan
masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara
terampil.
c. Metode ini merangsang pengembangan
kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh.
C.
Kelemahan metode Problem Solving sebagai berikut :
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat
ksulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya
serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan
kemampuan dan keterampila guru.
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode
ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaka mengambil
waktu pelajaran lain.
c. Menguah kebiasaan siswa belajar dengan
menggunakan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memelukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.[8]
3.
Metode tanya jawab
Metode tanya-jawab ialah penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam
metode tanya-jawab terdapat kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru
benar-benar harus memperhatikan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang
akan digunakan.
Dalam menggunakan metode tanya-jawab, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, jenis pertanyaan; kedua, teknik
mengajukan pertanyaan; ketiga, memperhatikan syarat-syarat penggunaan metode
tanya-jawab sehingga dapat dirumuskan langkah-langkah yang benar;
keempat, memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan metode tanya jawab, di
antaranya prinsip keserasian, integrasi, kebebasan, dan individual. Disamping
itu, metode tanya-jawab juga bisa dikombinasikan dengan metode lain, seperti
metode ceramah, pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain. Metode ini juga
memiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya:
a. Kelebihan metode tanya jawab
a) Kelas akan hidup karena anak didik aktif
berfikir dan menyampaikan pikiran melalui berbicara.
b) Baik sekali untuk melatih anak didik agar
berani mengemukakan pendapatnya.
c) Akan membawa kelas kedalam suasana diskusi.
b. Kekurangan metode tanya jawab
a) Dengan tanya jawab kadang-kadang
pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan
pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya
dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
sehingga membuat persoalan baru.
b) Membutuhkan waktu yang banyak dalam proses
tanya jawab dari guru untuk siswa.[9]
C. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Pembelajaran
Adapun perencanaan pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:
Adapun perencanaan pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut:
1)
Kegiatan
Awal:
a.
Memberikan
salam pembuka dan melakukan doa bersama
b.
Mengkondisikan
kelas, agar kondusif untuk mendukung proses pembelajaran dengan cara meminta
peserta didik membersihkan papan tulis dan merapikan tempat duduk, menyiapkan
buku pelajaran dan buku referensi yang relevan serta alat tulis yang
diperlukan.
c.
Mengajak
peserta didik agar selalu mengamalkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam
kehidupan sebagai tanda syukur kepada Tuhan.
d.
Memberi
penjelasan tentang cakupan materi yang akan dipelajari beserta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
e.
Membuat
kesepakatan dengan peserta didik terkait kegiatan yang akan dilakukan (termasuk
di dalamnya tentang pembagian kelompok kerja peserta didik).
2)
Kegiatan
Inti:
a.
Menampilkan
beberapa permasalahan dalam kehidupan terkait materi pembelajaran dalam bentuk
gambar /slide/video berkaitan dengan materi peperangan dan permasalahan masa
kini tentang kepemimpinan.
b.
Pemecahkan
permasalahan yang ditampilkan dan memberi kesempatan pada anak untuk
mengemukakan pendapatnya.
c.
Memberikan,
meluruskan dan memberikan materi lanjut untuk meneruskan argumen siswa
d.
Menunjuk
perwakilan siswauntuk melakukan drama singkat yang dibuat oleh guru terkait
kepemimpinan masa Khalifah Ali.
e.
Merefleksikan
dan menghubungkan kepemimpinan masa itu dengan kepemimpinan di negara kita
sekarang.
f.
Mengamati beberapa permasalahan yang terkait dengan
materi yang sedang dipelajari, yaitu
pemilihan dan kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.
g.
Mengadakan
segmen tanya jawab terkait materi setelah permasalahan yang di tampilkan
dislide maupun drama singkat yang di praktekkan.
3)
Kegiatan
Akhir:
a.
Menarik
kesimpulan bersama
b.
Mengevaluasi
seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk
selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.
c.
Memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d.
Memberi
tugas rumah untuk mengerjakan tugas atau jenis kegiatan siswa lain baik secara
berkelompok dengan baik sesuai perintah guru;
e.
Menginformasikan
rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya; dan
f.
Menutup
kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama.
D. Analisa dan Implementasi
Berdasarkan hasil pembahasan tentang Khalifah
Ali bin Abi Thalib maka kami dapat menarik kesimpulan bahwasannya:
1.
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin
Hasyim bin Abdu Manaf, sepupu nabi Muhammad Saw dan suami dari Fatimah binti Nabi Muhammad. Beliau merupakan Khalifah ke-4 dan
diangkat untuk menggantikan Khalifah Utsman bin Affan yang syahid.
2.
Para Ulama’ akhirnya memilih dan
mempercayai Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan khalifah karena mereka
menganggap hanya Ali lah yang paling
berhak dan dikira mampu untuk menjaga kestabilitasan negara walaupun tetap ada
juga beberapa ulama’ yang menentangnya. Awalnya beliau menolak namun karena
desakan danpermohan serta persetujuan banyak pihak akhirnya beliau menerimnya.
3.
Beliau berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam
dalalm kesehariannya dengan memberikan contoh perbuatan ataupun berkata
langsung. Beliau langsung terjun kelapangan untuk melihatdan mengajarkan ilmu
kepada rakyatnya.
4.
Beliau banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang
tidak umum dan menegakkan keadilan untuk menghapus tuntas nepotisme yang
dilakukan leh pemimpin sebelumnya dan kemudian beliau mendapatkan banyak
prestasi yang luar biasa seperti mencpatakan dan membangun kota.
5.
Tanggal 17 Ramadhan pun telah tiba, ketika Ali
berjalan untuk membangunkan orang-orang untuk sholat subuh, ibn muljam
menebaskan pedangnya hingga ia jatuh. Akhirnya tanggal 21 Ramadhan 40 H,
Malaikat Maut menjemput Khalifah Ali Bin Abi Thalib.
Adapun implementasi yang kami
ambil dari kisah Khlaifah Ali bin Abi Thalib adalah cara kepemimpinannya.
Beliau memimpin dengan menerapkan ukhuwah yang indah. Beliau memimpin dengan
kerendahan hati dan berinteraksi serta bersosial dengan baik kepada siapapun
tanpa memandang bulu. Beliau senantiasa memprioritaskan rakyat dan berusaha
memahami keadaan dan apa yang dirasakan oleh rakyat. Beliau memperperlakukan seluruh
rakyatnya dengan adil dan rata. Beliau juga memperhatikan dan menghormati
perbedaan, perbedaan agama misalnya. Beliau tetap berusaha memenuhi kebutuhan
seluruh rakyatnya walaupun itu non muslim.
Dapat dijadikan acuan dan
motivasi kepada seluruh pemimpin masa kiniuntuk menyerap apa yang beliau telah
lakukan dan contohnya. Sebaiknya sebagai seorang pemimpin harus sukses
tingkatnya adalah dicintai oleh rakyatnya karena seluruh aspek yang dibutuhkan
dalam diri seorang pemimpin itu ada. Tidak hanya seorang pemimpin dalam lingkup
luas, diri kita sendiri adalah pemimpin untuk diri kita, maka kita harus
senantiasa adil dan melakukan segalassuatu yang benar terhadap diri kita karena
semua kepemimpinan akan dimintai pertanggungjawaban.
Daftar Pustaka
Afandi, Muhammad. 2013. Model dan Metode Pmbelajaran di Sekolah.
Semarang: Unissula Press.
Al-Khamis, Utsman bin
Muhammad. 2012. Hiqbah Minat Tarikh (Inilah Faktanya, Meluruskan Sejarah
Umat Islam Sejak Wafat Nabi Muhammad SAW Hingga Terbunuhnya al-Husain) diterjemahkan: Syafarudin. Jakarta: Pustaka
Imam Syafi’i.
Al-Maududi,
Abul ‘Ala. 2002. Khalifah dan Kerajaan. Bandung: Penerbit Mizan Anggota
IKAPI.
Bahri Djamarah,
Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Daradjat, Zakiah dkk. 2008. Metodologi
Pengajaran Agama Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Fu’adi, Imam. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Teras.
Khoiriyah. 2012. Reorientasi
Wawasan Sejarah Islam. Yogyakarta: Teras.
Muhamamd, Ash-Shalabi Ali. 2008. Biografi Ali bin Abi Talib,. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Mursi, Muhammad
Sa’id. 2007. Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
[4]Abul
‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Penerbit Mizan Anggota
IKAPI, 2002), hal. 123.
[6]
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hal. 66.
[7]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm 89
[8]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar …, hlm 91
[9]Zakiah
Daradjat dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2008), Hal. 138-143.