REVIEW BUKU: SEJARAH SOSIAL DAN INTELEKTUAL PENDIDIKAN ISLAM

Oleh: Durrotul Iqomatin Ni’mah

REVIEW BUKU:
SEJARAH SOSIAL DAN INTELEKTUAL PENDIDIKAN ISLAM


Judul Buku             : Sejarah Sosial dan Intelektual Pendidikan Islam
Nama Pengarang    : Mahasiswa Pascasarjana IAIN Madura Prodi PAI Angkatan 2017
Penerbit                  : Literasi Nusantara
Kota Terbit             : Batu Malang
Tahun Terbit           : 2019
Tebal Buku             : 248 halaman
ISBN                      : 978-623-7125-92-1

      Buku Sejarah Sosial dan Intelektual Pendidikan Islam adalah hasil kerja keras tim mahasiswa melalui proses panjang diskusi kelas “Sejarah Sosial dan Intelektual Pendidikan Islam”. Buku ini mengkaji gambaran penelusuran pendidikan pada masa Rasulullah sebagai rintisan awal pendidikan Islam, pertumbuhan pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin sebagai penguat dan pelestarian pada masa awal dan perkembangan pendidikan Islam, serta gambaran perkembangan dan pertumbuhan tempat-tempat belajar sebelum lahirnya madrasah sebagai bukti dakwah para ulama, masyarakat dan pemerintah.
      Pendidikan Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad berdasar dari wahyu yang diterimanya. Pendidikan tersebut berisikan perintah untuk meyakini dan menyembah Allah sebagai Tuhannya, serta juga diajarkan oleh Nabi untuk membaca, memperlajari dan mengamalkan al-Qur’an. Pada pelaksanaannya, Nabi mengajak umatnya masuk Islam mulai dari keluarga sendiri, keluarga terdekatnya, sahabat terdekatnya sampai pada akhirnya diperintahkan untuk menyebarkan agama Islam secara terang-terangan.
       Setelah Nabi Muhammad wafat, kepemimpinan islam dilanjutkan oleh para sahabat   dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah sebagai pemimpin umat muslim. Pada masa awal pemerintahan Abu Bakar, terjadi pemberontakan oleh kaum muslimin yang menumbuhkan beberapa dari umat Islam mengaku sebagai nabi, ingkar zakat, dan murtad. Akibat dari peperangan tersebut, banyak para penghafal al-Qur’an yang gugur, dan hal inilah yang melatarbelakangi dikelompokkannya tulisan-tulisan ayat al Qur’an yang ditulis di masa  Rasulullah ke dalam satu mushaf. Dengan dikelompokkannya al-Qur’an menjadi satu mushaf, maka memudahkan kaum muslimin untuk mengkaji, dan mendalami pesan-pesan yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an tersebut.
        Khalifah kedua yaitu Khalifah Umar bin Khattab. Sejarah peradaban islam mencatat, bahwa Khalifah Umar bin Khattab berhasil membebaskan negara jajahan kekaisaran Romawi dan Persia yang dimulai dari awal pemerintahannya. Di tengah menaklukan kota, Umar bin Khattab memerintahkan hendaknya membangun masjid untuk dijadikan tempat pendidikan.  Adapun mata pelajaran yang diterapkan ada masa Khalifah Umar Bin Khattab adalah membaca, menulis Al Quran dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Para  Da’i diangkat oleh Khalifah Umar Bin Khattab pada setiap daerah untuk mengajari masyarakat tentang agama islam. Inti dari ajaran yang di sampaikan adalah alquran, akidah, ibadah, syariah dan akhlaq. Khalifah Umar Bin Khattab juga memberikan saran kepada masyarakat agar mereka mengajari berenang, menaiki kuda, beberapa pepatah, kata kata indah dan beberapa syair yang indah.
      Khalifah ketiga yaitu Khalifah Utsman bin Affan. Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Khalifah Utsman bin Affan tidaklah jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Pada masa ini terjadi gejolak antara umat Islam dengan adanya beragam bacaan Al-Qur’an membuat Utsman membuat standarisasi Al-Qur’an dan menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai ketua tim dalam mengumpulkan Al-Qur’an, dikarenakan beliau merupakan orang yang mendengar langsung dari rasulullah serta orang yang pertama kali mengumpulkan Al-Qur’an pada masa Khalifah Abu Bakar As Shiddiq. Kebijakan satu bacaan ini dengan mengguanakan dialek Qurais bertujuan untuk menjaga persatuan umat islam, agar tidak terpecah belah.
      Sejak terbunhnya Usman di Madinah semua sahabat membaiat Ali sebagai Khalifah. Peristiwa ini membuat banyak penentang yang mengakibatkan pemberontakan. Akibatnya Ali bin Abi Thalib kurang perhatian dalam menjalankan program pendidikan. Tapi walaupun demikian pendidikan keagamaan tidak berhenti. Pendidikan aqidah, Ibadah, dan akhlak terus terlaksana, masjid-masjid juga berfungsi sebagai tempat ibadah dan juga pendidikan. Hal yang menonjol dalam bidang pendidikan pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib yaitu memajukan bidang bahasa dengan mengutus Abu Aswad Ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu Nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari bahasa arab dengan tujuan agar orang-orang non arab mudah dalam memahami sumber ajaran Islam.
      Pendidikan dasar diawal Islam ini yang dikenal dengan kuttab memiliki rujukan pokok yaitu mengajari anak-anak membaca dan menulis Al-Qur’an. Ada dua model dalam pendidikan kuttab, pertama; mengajari baca-tulis Al-Qur’an yang dilakukan dirumah-rumah gurunya. Kedua; mengajari dasar-dasar ilmu agama, ilmu tilawah dan dan mengahafalkannya. Rujukan pertama yang digunakan dalam pendidikan kuttab ini adalah Al-Qur’an sebagai texbook. Dan dari setiap daerah memiliki karakteristik berbeda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari masing-masing daerah dengan tetap pada pokok utama yaitu mengajarkan Baca-Tulis Al-Qur’an.
      Ada juga pendidikan dasar di Istana di peruntukkan bagi putra putri para khalifah. Pendidikan di Istana juga mengajarkan tentang berbagai Ilmu pengetahuan Agama, Umum, Bahasa (sastra arab) berpidato, olah raga dan semacamnya. Kemudian, toko buku juga dijadikan sebagai tempat belajar pada puncak kejayaan Islam masa dinasti Abbasiyah. Took buku merupakan tempat yang awalnya hanya sebagai tempat penjualan buku atau perdagangan dalam arti didirikan tidak dengan tujuan utamanya sebagai tempat pengajaran, namun karena semangat para ilmuan waktu itu dan menjadi kebiasaan mereka dalam mengkaji ilmu pengetahuan, maka lahirlah toko buku sebagai tempat kajian ilmiah.
      Kemudian ada juga al-Khan yang merupakan asrama di sebelah masjid, yang  diperuntukkan bagi para penuntut ilmu dari berbagai kota.  Khan ini merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang lahir sebelum madrasah. Fungsi dan tujuan khan adalah sebagai tempat penginapan/hotel, persinggahan, penyimpanan barang/gudang, pusat transaksi jual beli, tempat memproduksi barang-barang properti, dan sebagai asrama/pondok bagi para pelajar yang datang dari jauh atau luar kota untuk menuntut ilmu di sebuah masjid. Selain Khan, Rumah ulama juga merupakan tempat yang dijadikan sarana atau tempat untuk berbagi ilmu ataupun melaksnanakan kegiatan ilmiyah lainnya. Sistem pendidikan yang ada di rumah ulama sangatlah dinamis, yaitu menyesuaikan terhadap kebutuhan-kebutuhan peserta didik ataupun disiplin keilmuan sang ulama. Metode yang digunakan meliputi halaqoh, tukar menukar informasi, berdiskusi dan sorogan.
      Masjid juga mempunyai peran yang penting dalam menyelenggarakan pendidikan Islam. Selain berfungsi menjadi tempat untuk beribadah, masjid juga bisa dijadikan sebagai tempat pembelajaran berbagai aspek ilmu, pusat diadakannya musyawarah bersama, bahkan bisa digunkaan juga untuk tempat menyampaikan berita. Proses transformasi institus pendidikan islam dari masjid menjadi madrasah terjadi secara bertahap mulai dari pendidikan Islam di masjid, masjid khan dan kemudian muncullah madrasah. Sedangakan madrasah yang utama pada waktu itu yaitu Madrasah Nizhamiyah di Baghdad madrasah ini dibangun mulai dari tahun 457 H dan selesai pada tahun 459 H. Kurikulum yang diajarkan pada lembaga pendidikan periode awal hanyalah ilmu agama.
      Sepanjang perjalanan sejarah yang kita ketahui dari beberapa referensi bahwasanya pendidikan yang berkembang pada masa pra Islam dan pasca datangnya Islam yakni Kuttab dan masjid selang beberapa periode semakin. Pertumbuhan madrasah di Nusantara mempunyai akar historis sendiri. Madrasah di Nusantara dimaknai sebagai sebuah transformasi dan perkembangan lebih lanjut dari lembaga pendidikan Islam yang berlangsung di masjid, surau dan pesantren. Kehadiran madrasah ini membawa perubahan besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia, yang dulunya lebih fokus pada ilmu keagamaan saja, sekarang lebih berkembang memberikan peluang bagi masyarakat untuk mempelajari berbagai ilmu lainnya.

Kelebihan Buku
Kajian dalam buku ini sangat lengkap, namun buku ini disusun secara sangat sederhana. Buku ini sangat mudah didapatkan. Buku ini didapatkan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Hanya dengan men-download di google play book, pembaca sudah dapat memiliki ebooknya.

Kelemahan Buku
Buku ini hanya terdapat pada google books dan masih sedikit penjualannya. Buku ini hanya sedikit menjelaskan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, selebihnya sejarah pendidikan ketika lahirnya agama Islam, dan sejarah-sejarah pendidikan ketika Islam masih awal berkembang di Timur Tengah.

Analisis Penulis
Dengan membaca buku ini kita menjadi tahu bagaimana sejarah pendidikan Islam dari awal berdirinya Islam sampai ke Nusantara. Dan dengan buku ini yang hadir dari proses panjang kerja sama hasil diskusi pada mata kuliah beberapa mahasiswa, dapat memotivasi kepada mahasiswa-mahasiswi untuk menirunya. Program seperti ini sangat bagus, untuk turut berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa. Buku ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dan rujukan bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat yang ingin mengembangkan keilmuan khususnya pada bidang sejarah pendidikan Islam, sebagai bagian dari masyarakat terdidik (educated person), dan masyarakat yang gemar belajar (knowledge society).
logoblog
Previous
« Prev Post