PEREMPUAN YANG MENCINTAI

 


PEREMPUAN YANG MENCINTAI

 

 

Tiiiiiiitttt….tiiiiiitt……tiiiiiit….

 

Pukul 04.00 WIB Jam digital led weker berbunyi lebih keras dari hari-hari sebelumnya, suaranya menggema di ruangan 4x6 meter yang mayoritas memiliki unsur kayu mulai lantai hingga furniture utamanya serta penataan warna putih menjadikan tampak netral dan indah. Jam digital it uterus saja berbunyi hingga tangannya tergopoh-gopoh keluar dari bad cover untuk menekan tombol “off”, lalu senyap kembali.

Beberapa menit kemudian, suara pintu dikethuk berulang kali, namun kamar itu masih gelap, belum ada tanda-tanda si empunya bangun. Hingga kethukan dari luar semakin keras, Alea si dengan malas dan setengah marah melangkah menuju pintu. Kreeek…..pintu bergeser.

            “Ada masalah apa?,” tanyanya ketika ia berhadapan dengan perempuan seusianya yang dengan cengengesan menjitak kepalanya.

            “Woy bangun Al, katanya mau jogging di Embung Tambakbayan, tadi malam kau sendiri yang minta kita bangunin,” katanya kemudian memberikan segelas air hangat.

            “Thanks, Eh… jam berapa sekarang?,” matanya langsung menyala, lalu ia masuk ke dalam kamar terburu-buru sambil melihat handponnya, ia mengeluarkan nafas beratnya ketika taka da WA ataupun panggilan dari orang yang ditunggu-tunggu 3 tahun terakhir ini. Beberapa menit kemudian ia berbaur keluar kamar sembari minum segelas air hangat tadi.

            “Hmmm…untung masih jam 04.15 WIB, eh kalian belum tidur?,” tanyanya saat ia menyadari posisi ke dua temannya masih sama dengan waktu ia berpemitan untuk tidur duluan.

            “Belum, besok harus segera kita setor ke pembimbing ni,” kata Rere si anak matematika yang rajin banget di rumah.

            “Kita baru buat sarapan, kau makan dulu sebelum berangkat, pingsan nanti, mana gak pernah jogging outdoor gitu, jangan lupa pake AUTAN juga, siapa tahu banyak nyamuk di luar,” sahut Nay, anak Teknologi Pendidikan yang hobi masak dan olahraga, dia juga teman paling care ke Alea yang sering kali teledor.

            Hmmm… Alea melangkah ke ruang makan dan benar ia mendapati kentang yang masih hangat diatas meja, lalu daging panggang dan salad sayuran. “Kalian udah makan?,” tanya Alea dari meja makan.

            “Belum, masih panas itu, kamu mandi dulu sana, biar gak buru-buru, lagian lokasinya kamu gak tahu lo, pertemuan pertama yang kedua kali, jangan sampai ngecewain,” kata Nay. Di tahun 2017 Alea pernah sukses membuat pertemuan perdananya dengan cow yang selalu ia idamkan berantakan, gara-gara ada teman S1 nya tiba-tiba datang dari Surabaya dan langsung menemui Alea. Sehingga kesalahpahaman itu membuat cow itu memblokir kontak Alea, hingga wakil bupati dimana si cow itu berasal menelfonnya dan menunjukkan profil Alea, untung saja cow itu sekarang single, meski ia telah melewati PDKT, jadian dan putus d. Memang dunia itu kadang aneh, manusia disuruh putar-putar dulu, lalu dipertemukan lagi, sehingga apa-apa yang sudah jadi takdirnya tak akan pernah salah ke orang lain.

            Beberapa detik kemudian Alea membawa kentang sambil masuk ke kamarnya, ia berniat membawanya, sebab ia tidak terbiasa makan pagi. Lalu ia mandi, shalat dan berberes, hingga handponnya berbunyi, tanda WA masuk pada iphonya

“Salam, hai… sudah bangun?,”

“Salam, hai… sudah (emot tersenyum),”

“Setelah jogging ada kegiatan tidak?,” tanya laki-laki diseberang sana, yang sebenarnya weekend ini ada rapat untuk pembukaan cabang selanjutnya, lalu mengecek laporan bulanan karyawan dan tentunya ia akan lihat gudang. Namun, ini adalah pertemuan yang tidak setiap hari, ia telah berdosa 3 tahun lalu, tanpa menanyakan alasan dan mendengarkan penjelasannya-ia memblokir kontanya, bahkan saat itu ia benar-benar tidak tahu siapa “cewek” yang ia temui, temannyapun tidak memberikan profil, maka ia mengira seorang play girl yang hobi hura-hura.

“Enggak ada, free hari ini,” jawab Alea, padahal dia punya jadwal zoom ama mahasiswanya, ada rapat kantor mengenai projek barunya dengan salah satu perusahaan Migas di Kalimantan. Dalam hati, ia meminta maaf atas jadwal-jadwal yang sudah diatur, semoga mereka memaafkan.

“ Apa kau suka gudeg?,” tanya laki-laki diseberang sana bosa basi.

“Suka sekali, cuman kadang aku tidak menemukan gudeg yang nikmat,” kata Alea bosa basi pula, tentu saja dia tahu mana gudeg dengan rating pertama sampai yang fenomenal.

“Aku ingin kau mencicipi gudeg langgananku, siapa tahu kau punya rekomendasi yang lebih enak,” kata laki-laki itu sambil senyum-senyum sendiri.

“Tentu saja, itu ide bagus untuk menikmati weekend ini,”

“heheh thanks, aku jemput kamu saja ya, biar tidak dikira berantem, serloc dung,”

“Sorry, tempat tinggalmu bukanya searah ama Embung?,” tanya Alea keceplosan, ia pura-pura selama 3 tahun ini tidak mengingatnya, meskipun kenyataannya ia selalu pantau apa saja tentangnya. Lagian rumah laki-laki yang sering dipanggil “Arsyad” itu satu komplek perumahan dengan pamannya, bahkan saat Arsyad nge gym di tempat olahraga umum, ia juga disana, memandangnya dari jauh.

“Wah… kau udah tau tempat tinggalku ya?, hahaha,” kata laki-laki itu yang tak bisa menahan tawanya sebab itu surprise ada cewek yang menyukainya sampai mengumpulkan detail informasi tentangnya.

“Iya si Mary pernah cerita soal tempat tinggalmu, kalua tidak keberatan aku saja yang kesana, tapi jika kamu menyukai bolak-balik aku kirim serloc,”

“Ok dengan senang hati, ini adalah pertama kali aku memperbolehkan cewek datang ke tempatku, hati-hati di jalan,” WA Arsyad.

Alea kembali bersiap, karena Arsyad sudah berniat mengajaknya makan pagi, ia tidak jadi membawa kentang, lalu ia berjalan ke parkiran yang berderet 4 mobil, HRV merah, Jazz Metalik, Juke Putih dan Mobilio hitam, kemudian ia menyalakan mesin juke dan memasukkan sepatu, baju ganti, minuman dan tas pribadinya. Setelah semua selesai, ia kembali ke rumah dan berpamitan dengan Nay serta Rere.

“Sukses bro…jangan bikin salah paham lagi, 3 tahun tu lama lo,” kata Nay menggoda dan Rere tertawa melihat muka Alea yang agak malas itu.

 

 

CASAGRANDE, 05;00 WIB

            “Halo mbak, pagi-pagi kali datang, mau kerumah pakde?,” tanya security yang sudah hafal dengannya.

            “Mau jemput Arsyad pak, jangan bilang pakde ya pak,” kata Alea sembari memberikan tips yang sebenarnya memang ia mau kasih ke pak Atman.

            “Wah apa ini, uang tutup mulut,” kata pak Atman menggoda.

            “Hahaha… buat beli permen anak bapak,” kata Alea, lagian mana mungkin security laporan urusan pribadi dan kalaupun mau kasih laporan tidak akan masalah.

            “Siap…makasih mbak,” katanya lalu Alea melanjutkan kerumah Arsyad tanpa melihat serlock yang diberikan, tentu ia sudah sangat hafal rumahnya yang sering kosong karena ditinggal keluar kota. Sesampainya di depan rumahnya, Alea menelfon laki-laki bertubuh tegab itu, “Hay sorry…wait ya, aku keluar,” kata Arsyad sembari terburu-buru keluar rumah. Dan benar 5 menit kemudian Arsyad sudah dibalik pintu depan mobil Alea. Kemudian Alea turun dari kursinya dan mereka saling bersapa, kemudian Alea memberikan kunci ke Arsyad untuk memintanya menyetir.

            “Permisi ya…,” kata Arsyad sambil menerima kunci dari Alea, ia sedikit canggung sebab dulu hanya sempat makan bersama, dan karena banyak teman sehingga tidak fokus, sekrang tiba-tiba semobil berdua.

            Dalam hati Aleapun tak kalah canggung, selama ini ia hanya berani menatapnya dari jauh, melihat social medianya, mengikuti vlognya, tidak lebih, sekarang ia bisa satu mobil, membuatnya berdoa “wahai waktu berjalanlah lambat,”.

            Sesampainya di security, Arsyad sudah bersiap menyapa, sebab tidak mudah masuk ke lingkungan ia tinggal, apalagi Alea baru pertama kali. Namun, sebelum ia menyapa, plang udah dibuka, Arsyad berjalan pelan, ia berniat menyapa pak Atman. Tapi, bapak 50 tahunan itu menyapa duluan, “Selamat jalan mbak Alea, mas Arsyad,” sapaan yang membuat Arsyad terkejud, ia tak habis pikir, why? Alea menanggapinya biasa, ia lupa jika hal ini akan membuat Arsyad bertanya.

            “Al, kau punya rumah di sini, atau…?,” tanya Arsyad tak bisa menyembunyikan penasaran.

            “Hehehe… karena aku ngefans berat kamu, aku kirim mata-mata disini,” jawab Alea yang membuat Arsyad semakin bingung.

            “Ha??? Kau bercanda kan? Apa sebegitunya kau menjadi fans militanku?,” tanya Arsyad lebih canggung dari sebelumnya.

            “Hay aku bercanda, ada rumah pakdeku disini dan tentunya aku sering main,” kata Alea kemudian, ia akan siap dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya yang diajukan Arsyad, tentu saja jawaban-jawabannya akan memiliki konswekuensi memuakkan atau membuat tersanjung laki-laki itu.

            “Selama ini kau tahu aku tinggal disitu?, kau tidak menyapaku? Mencoba jelasin ke aku misalnya?, atau berusaha lagi mendekatiku,” serentetan pertanyaan yang membuat Alea menghela nafas Panjang.

            “Syad… aku ingin kau bahagia, jadi tak sampai hati membuatmu muak padaku,” kata Alea yang membuat Arsyad semakin merasa bersalah, selama 3 tahun ia gonta ganti cewek, mencari mana yang menurutnya sesuai, yang bisa mencintai dia apa adanya, bukan karena harta yang ia punya. Ternyata, ada perempuan yang setiap saat memandangnya dari jauh dan mendoakan kebahagiannya, waoo… itu luar biasa.

            “Al, maafkan aku 3 tahun lalu, aku merasa bersalah padamu, dan terimakasih, kamu adalah salah satu orang yang menginginkaku bahagia, terimakasih,” kata Arsyad pelan, ia ingin menangis tapi malu, ia begitu tersentuh dengan kata Alea.

            Alea menoleh ke Arsyad, ingin mengusap air matanya tapi tentu saja tak enak, ia menyodorkan tissue “Its okey, sudah berlalu, meski kamu tidak begitu mengenalku, tapi kau perlu tahu aku adalah fansmu, yang mengharapkan kamu bahagia dan baik-baik saja,” kata Alea yang begitu senang melihat Arsyad duduk disampingnya.

            Arsyad tak kuasa menahan harunya, entahlah kata terakhir Alea mengandung bawang, ia melihat sekilas wajah Alea yang putih dengan riasan natural menatapnya sayang. “Al jangan pandangi aku seperti itu,”. Spontan Alea tidak dapat menekan perasaannya, lalu ia kembali membenarkan duduknya menatap lurus kedepan, melihat jalanan ring road utara yang masih sepi. Alea menekan tombol play , lagu jazz yang menjadi play listnya menggema dan mereka menikmati perjalanan dengan bercandaan dan saling bertukar cerita.

            “Alhamdulillah kita sampai, tunggu Al jangan keluar dulu!,” kata Arsyad serius, Alea  terdiam, dia tidak tahu apa yang membuat Arsyad begitu. Kemudian mata Alea tidak bisa lepas dari Arsyad, pandangannya mengikuti setiap gerak Arsyad, ia takut terjadi apa-apa kepadanya. Laki-laki itu cepat turun dari mobil dan berputar lewat belakang mobil, kemudian membukakan pintu Alea. “Silahkan keluar,” kata Arsyad membuat Alea sedikit sebal namun senang.

            “Jangan khawatir begitu, aku tidak apa-apa,” kata Arsyad sembari mengusap kepala Alea. Lalu Arsyad mengajaknya mengelilingi Embung Tambakboyo yang biasanya ia menghabiskan sore di akhir pekannya, bercerita pada langit dan menumpahkan kegalaunnya pada danau. Ia selalu sendirian ketempat ini, meski sebelum-sebelumnya beberapa perempuan datang disisinya, entahlah hanya saja ia merasa cukup sendiri.

            Pagi ini, ada yang berbeda dalam hidup Arsyad, meski banyak hal indah datang padanya, namun lari berdua ternyata sangat membahagiakan, baru kali ini pula ia mampu menyingkirkan pikiran-pikiran beratnya -karyawan, pengembangan produk, perusahaan baru--. Betapa ia menyia-nyiakan waktu 3 tahunnya untuk mencari, padahal ia pernah datang namun ia tak menyadarinya. Bukankah kalua dipikir-pikir lagi, Alea memang perempuan idaman dan kriteria yang diminta pada Tuhan ada padanya. Hmm… pagi jangan cepat berlalu, aku ingin tahu lebih banyak surprise tentangnya.

            Bagi Alea, tentu pagi ini bersejarah, setelah ia hanya bisa berdoa untuk Arsyad, rasanya begitu ringan berjalan dengan orang yang diinginkan, yang selalu dilangitkan setiap waktu, hingga ia merasa jika waktunya berhenti sekrang itu taka da penyesalan dalam hidupnya. Sebab sebelumnya Alea pernah mencoba dekat dengan laki-laki lain, namun rasa dan takdir memng tidak pernah diminta, ia datang kepada jiwa-jiwa yang tenang.

            “Kenapa?,” tanya Arsyad yang menoleh ke belakang, dilihatnya Alea ngos-ngosan dan berkeringat.

            “Syad, teri..maka…sih,” kata Alea terbata-bata.

            “Hei…relax… aku disini, thanks for what?,” tanya Arsyad lagi.

            “Kamu adalah surprise dalam hidupku,” kata Alea yang membuat jantung Arsyad berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

            “Kau kenapa selalu membuatku malu, Aku yang harus berterimakasih, thanks Alea sudah mencintaiku sedalam ini,” kata Arsyad kemudian dan Alea menatapnya dengan mata berbinar serta senyum yang mengembang.

            Mereka berlari dengan hati yang berbunga, membuang segala energi negative yang tersimpan, memulai membuka lembaran baru setelah dari masing-masing memiliki pengalaman dan kisah lama. Kemanapun kamu berjalan, jika itu bukan takdirmu maka tak akan kau dapati, tapi jika sesuatu itu adalah takdirmu maka berlari menjauh kemanapun kau akan bertemu dengannya.

 

 

Next..... mau tahu gudeg rekomendasi Arsyad?

 

           

 

 

logoblog
Previous
« Prev Post