Bagaimana Standar baik dan buruk?

 


        Standar baik dan buruk memiliki pemahaman masing-masing, oleh karena itu tulisan ini menjelaskan konsep baik dan buruk menurut beberapa aliran diantaranya: Hedonisme, Naturalisme, Idealisme·   Standar baik dan buruk menurut aliran hedonisme dan Tasawuf.

Baik dan buruk
      Pengertian baik menurut ethika adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang tidak berharga tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau yang menyebabkan, tidak tercapainya tujuan adalah ”buruk”. Tujuan dari masing-masing sesuatu, walaupun berbeda-beda, semuanya akan bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan bahagia,tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu ethik ”kebaikan tertinggi”, yang dengan istilah latinnya di sebut Al-khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga di sebut kebahagiaan yang universal atau Universal Happiness.
Allah Berfirman :

وَلِكُلِّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّهَا . فَاسْتَبِقُوا اْلخَيْرَاتِ ( البقرة : ١٤٨)

       ”dan setiap sesuatu (niat) mempunyai tujuan yang ingin di capainya,maka berlomba-lombalah kalian   melakukan kebaikan”

      Banyak orang yang mengira bahwa orang yang mebgetahui tentang baik itu otomatis menjadi baik; orang yang mengetahui ilmu akhlak menjadi orang yang berakhlak mulia; seperti halnya orang yang mengetahui ilmu agama, pandai dalam ilmu agama menjadi orang yang beragama dengan baik. Belum tentu orang  pandai tentu dalam ilmu agama itu menjalankan agama secara baik, seperti halnya orang yang tahu akan ilmu akhlak belum tentu menjadi orang yang berakhlak mulia. Letaknya kebaikan itu pada dua hal:

  1. kemauan, will, iradah atau niat
  2. praktek, action atau amaliah

Benar dan Salah
      Pengertian benar, menurut etika (ilmu akhlak) ialah hal-hal yang sesuai/cocok dengan peraturan-peraturan. Sebaliknya pengertian salah menurut etika ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Kebenaran yang objektif, yang merupakan kebenaran yang pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh yang Maha satu, Maha mengetahui akan segala sesuatu yang Maha benar. Karena itu, satu-satunya kebenaran yang objektif adalah kebenaran yang dibuat oleh yang Maha satu yang Maha benar itu. Dan peraturan yang dibuat manusia yang bersifat relatif itu adalah benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan yang obyektif yang dibuat oleh yang maha satu yang maha benar. Yakni peraturan yang tidak bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran mutlaq adalah kebenaran dari yang maha benar.
Allah SWT. Berfirman :

اَلْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ اْلمُمْتَرِيْنَ ( البقرة : ١٤٧)

“kebenaran adalah dari tuhanmu dan janganlah kalian termasuk orang yang ragu-ragu”

 

Standar baik dan buruk berdasarkan ajaran akhlak, moral, dan etika 

Standar baik dan buruk dilihat dari beberaoa aliran, diantarnya :

  • Aliran Idealisme.
    Aliran ini memandang bahwa kebenaran yang hakiki tidak dapat dilihat melalui panca indra semata, karena semua sesuatu yang tampak melalui panca indra hanya merupakan kepalsuan belaka dan bukan sesuatu yang sebenarnya. Jadi kesimpulan dari aliran ini, bahwa  untuk mengetahui sesuatu itu baik atau buruk maka dapat diukur dengan cita.
    Tokoh utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:
    1. Wujud yang paling dalam dari kenyataan(hakikat) ialah kerohanian. Sesorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas dasar”kemauan sendiri” atau “rasa kewajiban”. Sekalipun dincam dan dicela orang lain perbuatan baik itu dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
    2. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan yang konkrit. Dan menjadi pokok disinin adalah “kemauan baik”.
    3. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu ”rasa kewajiban”.
    Dengan demikian, maka menurut aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu “kemauan yang baik” adalah menjadi dasar pokok dalam etika idealism. Menurut Kant untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan engan suatu hal yang akan menyempurnakannya, yaitu “perasaan kewajiban”. Jadi, ada kemauan yang baik kemudian disertai engan perasaan kewajiban menjalakna sesuatu perbuatan/tindakan, maka terwujudlah perbuatan/tindakan yang baik.
    Perlu dijelaskan disini, bahwa rasa kewajiban itu terlepas dari kemanfaatan, dalam arti kalau kita mengerjakan sesuatu karena perasaan kewajiban, maka kita tidak boleh/perlu memikirkan apa untung dan ruginya dari pekerjaan/perbuatan itu. Jadi, rasa kewajiban itu tidak dapat direalisasi lagi kepada elemen-elemen yang lebih kecil, dalam arti kewajiban itu hanya untuk kewajiban semata.
  • Aliran Naturalisme
    Aliran ini memandang bahwa untuk menilai sesuatu yang baik dan buruk itu dapat dipengaruhi oleh pembawaan manusia sejak lahir kedunia. Dengan kata lain manusia sejak anak-anak dapat menilai sesutau itu baik ataupun buruk, akan tetapi dia belum bisa menganalisis mengapa sesuatu itu baik ataupun buruk. Untuk bisa menganalisis sesuatu itu baik dan buruk diperlukan pengalaman hidup yang lama, karena semakin lama pengalaman hidupnya maka semakin matang pemahamannya terhadap sesuatu yang baik dan buruk. Dengan ini dapat ditegaskan bahwa menilai sesuatu itu ditentukan oleh kebutuhan  dan kondisi wilayah yang ditempati oleh manusia.
  • Aliran Hedonisme
    Hedonisme merupakan aliran filsafat tua yang berakar dai pemikiran filsafat Yunani. Menurut aliran ini sesuatu yang dikategorikan baik itu adalah sesuatu yang bisa mendatangkan kenikmatan nafsu biologis. Sedangkan sesuatu yang buruk itu adalah sesuatu yang tidak memberikan kenikmatan nafsu biologis. Sehingga aliran ini menitikberatkan bahwa kebahagian itu terletak pada kepuasan biologis dan hal itu merupakan tujuan hidup bagi mereka yang beraliran hedonisme.
    Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan adalah tujuan akhir dari hidup manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai keutamaan (perbuatan mulia/baik).
    Maksud dari “kebahagiaan” itu menurut aliran ini adalah Hedone, yakni kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Karenanya kelezatan bagi aliran ini adalah merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdapat padanya dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada padanya.
    Aliran Hedonisme, bahkan tidak saja mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan: hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan apabila ia disuruh memilih di antara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya.
    Maksud paham ini adalah bahwa manusia hendaknya mencari kelezatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya. Dan setiap perbuatannya harus diarahkan kepada kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
    Dalam memandang kebahagiaan, aliran hedonisme terbagi menjadi dua, yaitu:
    1. Kebahagiaan yang berorientasi pada diri sendiri. Golongan ini berpandangan bahwa manusia itu seharusnya banyak mencari kebahgiaan untuk dirinya. Segala upaya dalam kehidupan ini selalu  berorientasi kepada kebahagiaan dirinya. Bila seseorang diperhadapkan alternatif pilihan apakah suatu perbuatan harus dilakukan atau ditinggalkan, maka yang harus dilihat untuk dipertimbangkan adalah tingkat kenikmatan dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh perbuatan itu. Kalau tingkat kenikmatannya lebih besar berarti perbuatan itu dikatakan baik, tetapi kalau tingkat kesengsaraan lebih besar maka perbuatan itu dikatakan buruk.
    2. Kebahagiaan yang berorientasi bersama. Tokoh yang membangun aliran ini adalah Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). keduanya adalah ahli filsafat berkebangsaan Inggris. Aliran ini berpandangan bahwa manusia seyogyanya mencari kebahagiaan itu untuk sesama manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini
  • Aliran Teologi Islam
    Dalam teologi islam banyak beberapa aliran yang berkembang diantaranya
    1. Aliran Jabariyah
      Aliran ini disebut Jabariyah dikarenakan sifatnya memaksa, sehingga kaum ini berpendapat bahwa manusia sama sekali tidak memiliki kebebasan dan kekuasaan dalam menentukan keinginannya, kecuali bila Allah yang menghendakinya. Dengan kata lain manusia hanya dikendalikan oleh Allah dan Allahlah yang telah menciptakan sifat manusia. Dan untuk menilai sesuatu itu baik ataupun buruk, aliran ini mengatakan bahwa hanya agamalah yang bisa menentukan baik dan buruknya.
    2. Aliran Qadariyah
      Aliran ini merupakan pertentangan dari aliran Jabariyah yang mana menurut aliran ini manusia memiliki kebebasan dan kekuasaaan dalam menentukan keinginaannya. Meskipun pada dasarnya Allah atas manusia manusia diberikan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Dan aliran ini juga mengatakan bahwa penilain terhadap baik dan buruknya sesuatu itu bukan hanya ditentukan oleh agama melainkan ditentukan juga oleh manusia itu sendiri.
    3. Aliran Mu’tazilah
      Aliran Mu’tazilah mengatakan bahwa akal  manusia tidak dilarang untuk berfikir sebebas-bebasnya termasuk memikirkan tentang persoalan agama. Karena itu dalam menentukan setiap nash (dalil), aliaran Mu’tazilah selalu menentukan nash (dalil) yang akan dijadikan dasar pemikirannya. Dan untuk menentukan baik dan buruknya sesuatu, aliran Mu’tazilah selalu berorientasi pada akalnya dan kemudian mencari nash (dalil) yang mendukungnya. Sehingga aliran ini sering juga disebut sebagai aliran Rasionalisme.
    4. Aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
      Adanya aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah merupakan reaksi dari aliran Mu’tazilah yang menganggap bahwa dalam memecahkan persoalan hanya dengan filosofisnya saja dan tidak dibandingkan dengan teologi sebelumnya (sunnah Nabi). Maka lain halnya dengan aliran Mu;tazilah, aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah banyak menggunakan sunnah Nabi dalam menentukan sesuatu itu baik atupun salah dan lebih mendahulukan nash (dalil) baru kemudian akal yang menjelaskannya. Dan aliran Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah juga menambahkan bahwa untuk menentukan sesuatu itu benar dan buruk itu sudah ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadist.
  • Aliran Tasawuf
    Menurut aliran Tasawuf nilai baik dan buruk sesuatu itu bisa dilihat dari perasaan bahagia. Bahagia disini bisa dikategorikan sebagai perasaan yang spirititual.  Maka tidak heran dalam aliran Tasawuf sangat popular istilah zuhud, yaitu suatu sikap yang menunggalkan kesenangan dunia yang bersifat materil.

Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran filsafat mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk, sehingga dalam kehidupan manusia baik dan buruk memiliki banyak definisi, akan tetapi tidak terlepas dari kerangka dasarnya yaitu "bermartabat dan luhur".
Baik atau burukpun juga relatif, karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai bai atau buruk menurut pengertian tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena berganrung kepada individu yang menilainya. Namun, baik dan buruk menurut Tasawuf dan Ilmu Kalam adalah mutlak berdasarkan al Quran dan Hadist.




logoblog
Previous
« Prev Post