Kelemahan-Kelamahan Dinasti Umayyah

Kelemahan-Kelamahan Dinasti Umayyah

   
-->
Dinasti Umayyah Berjaya kurang lebih 90 tahun yang pada akhirnya mengalami masa-masa kemunduruan yang terlihat dari melemahnya sistem politik dan pemerintahan akhirnya munculnya banyak pemberontakan-pemberontakan. Melihat dari masa yang cukup Panjang dinasi ini berdiri, ada beberapa kelemahan pada dinasti tersebut, diantaranya: 

Pertama, pengangkatan lebih dari satu putra mahkota, putra mahkota biasanya diberikan kepada putra pertama, lalu kedua dan kadang pula diberikan juga kepada kerabat seperti paman atau saudaranya, kemudian putra mahkota yang mendapatkan tahta duluan cenderung mengangkat putranya sendiri sehingga menjadi sistem monarki.



Kedua, fanatisme kesukuan “assobiyah”—awalnya ajaran Islam pertama kali mampu melenyapkan fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Selatan dan Arab Utara yang sudah ada sejak Islam belum ada. Namun pada masa bani Umayah terutama setelah meninggalnya Yazid bin Muawiyah fanatisme ini muncul kembali.













Oval: Arab Utara
--Kabilah Qais


Oval: Arab Selatan
--Kabilah Qalb







 









Perbedaan Arab Selatan dan Arab Utara




Arab Selatan
Arab Utara
Tipologi
Orang2 perkotaan yang
Orang2 yang tinggal di rumah2 bulu hijaz dan najed
Wilayah
Yaman, Hadramaut dan di sepanjang pesisir
Palestina, iran, lebanon, maroko, afganistan
Bahasa
Samit Kuno, Sabaea/Himyar (mirip Bahasa Etiopia di Afrika)
Bahasa Al Quran
Ciri postur
Kepala bulat dengan rahang yang besar dan hidung membengkok, pelipis yang datar dan berambut lebat (rumpun Armenoid)
Kulit putih, ala eropa
peradaban
Mereka orang pertama yang mencapai kemajuan dalam mengengambangan peradaban mereka.
Arab selatan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Mesir ketika yang terakhir membangun hubungan dagang dengan Punt dan Nubia. Daya tarik utama daerah Arab Selatan yaitu pohon Gaharu, yang bernilai sangat tinggi untuk acara ritual di kuil dan proses pembungkusan mumi, dan negri itu dikenal sangat kaya dengan produk itu. Komoditas pohon Gaharu yang dibawa dari Arab Selatan melintasi Wadi al-Hamamah menjadikan rute tengah itu sebagai jalur penghubung penting dengan Arab Selatan.
Di daerah Arab Selatan, Curah hujan cukup banyak masyarakatnya hidup dengan bercocok tanam, sehingga tingkat peradabannya cukup tinggi. Disamping itu, letaknya didalam dunia perdagangan sangat strategis antara India dan Mesir. Di daerah kerajaan serba meliputi kerajaan yaitu kerajaan Saba, daerah kerajaan Saba meliputi daerah Yaman. Bangsa Saba mempunyai system pengairan yang baik. Terbukti dari adanya bendungan Ma’rib yang terkenal itu. Kerajaan Saba banyak mendirikan daerah-daerah Koloni di Afrika (pantai Laut Merah). Daerah kolonialnya yang terkenal diantaranya adalah Abessyara (Habashat). Kerajaan Saba runtuh pada tahun 575 SM ketika ditundukkan oleh Iran
perbedaan antara antara orang arab selatan dan utara, yaitu orang-orang Madinah yang mendukung Nabi pada saat hijrah dari keturunan Yaman, keturunan Nabi yaitu dari suku Quraisy, yang berasal dari suku Nizar (keturunan arab utara) orang Gassan di Suriah Timur dan Lakhmi di Hirah, Irak adalah orang-orang Arab Selatan yang berdomisili di utara.
Afrika berbatasan dengan semenanjung Arab disebelah utara disemenanjung Sinai, yang merupakan rute perjalan darat, sementara disebelah selatan hampir bersentuhan di Badai-Mandab, yang berjarak hanya sekitar 25,5 km, dan terkait dengan semenanjung Arab bagian barat tengah melalui rute ketiga yang menyusuri Wadi Al-Hamamah, bersebrangan dengan lengkungan sungai Nil didekat Thebes,dan bersambung dengan Laut Merah di Al-Qushyar.
Mereka juga bisa menjalin hubungan perdagangan dengan dua kekuatan politik yang saling bertentangan, yaitu Bizantium dan Persia tanpa memihak ke salah satu di antara keduanya. Oleh karena itu, peradaban mereka dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan dalam arti bahwa mereka berinteraksi dengan masyarakat-masyarakat seberang dan semakin menjauh dari pola badui. Jauh berbeda dengan Yaman, selain letak geografisnya yang strategis untuk perdagangan, ia juga merupakan daerah subur. Dengan dua kelebihan yang ada, mereka bisa mengandalkan perdangangan dan pertanian sebagai sumber ekonomi mereka. Mereka mengirim kulit, sutera, emas, perak, batu mulia, dan lain-lain Mesir kemudian ke Yunani, Rumania, dan imperium Bizantium.



Kelemahan klasik dan khas dari kehidupan sosial orang Arab yang selalu menekankan individualisme, semangat kesukuan dan pertikaian kembali menampakkan wujudnya pada masa kemunduran Dinasti Umayyah.  Ikatan persaudaraan berdasarkan iman yang pada awalnya dibangun oleh Islam, secara berangsur mulai longgar.

Sepanjang eksistensinya, Dinasti Umayyah tidak lepas dari persaingan antara suku-suku Arab Utara diwakili oleh Suku Qays dan suku-suku Arab Selatan diwakili Suku Kalb. Sejak awal pendirian dinasti, dua suku itu terus bertarung memperebutkan hegemoni kekuasaan.

Persaingan mencapai puncaknya pada masa kemuduran, sehingga pada periode ini para khalifah lebih merupakan pemimpin kelompok tertentu, bukan pemegang kedaulatan atas sebuah kerajaan yang utuh.

Di setiap tempat, di ibu kota dan berbagai provinsi, pertikaian turun temurun antara dua kelompok yang saling bersebrangan ini semakin mengkristal. Akibatnya ekspansi muslim pun menjadi melambat hingga akhirnya berhenti



Contoh kasus:

Bangsa Arab Selatan yang pada masa itu diwakili kabilah Qalb adalah pendukung utama Muawiyah dan putranya, Yaid I. Ibu Yazid I, yang bernama Ma'sum, berasal dari kabilah Qalb. Pengganti Yazid I, Muawiyah II, ditolak oleh bangsa Arab Utara yang diwakili oleh kabilah Qais dan mengakui kekhalifahan Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair). Ketika terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, kabilah Qalb dapat mengalahkan kabilah Qais yang mengantarkan Marwan I ke kursi kekhalifahan.



Ketiga, kehidupan khalifah yang melampui batas. Seperti kasus Beberapa khalifah Umayyah yang pernah berkuasa diketahui hidup mewah dan berlebih-lebihan. Hal ini menimbulkan rasa antipati rakyat kepada mereka. Kehidupan dalam istana Bizantium agaknya mempengaruhi gaya hidup mereka. Yazid bin Muawiyah (Yazid I), misalnya, dikabarkan suka berhura-hura dengan memukul gendang dan bernyanyi bersama para budak wanita sambil minum minuman keras. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II) juga tidak lebih baik dari Yazid I. Ia suka berfoya-foya dengan budak wanita. Putranya, al-Walid II, ternyata tidak berbeda dengan ayahnya.



Keempat, fanatisme kearaban bani Umayyah, Kekhalifahan Bani Umayyah memiliki watak kearaban yang kuat. Sebagian besar khalifahnya sangat fanatik terhadap kearaban dan bahasa Arab yang mereka gunakan. Mereka memandang rendah kalangan mawali (orang non-Arab). Orang Arab merasa diri mereka sebagai bangsa terbaik dan bahasa Arab sebagai bahasa tertinggi. Fanatisme ini menimbulkan kebencian penduduk non-Muslim kepada Bani Umayyah. Oleh karena itu, mereka ikut ambil bagian setiap kali timbul pemberontakan untuk menumbangkan Dinasti Umayyah. Keberhasilan Bani Abbas dalam menumbangkan Bani Umayyah disebabkan antara lain oleh dukungan dan bantuan mawali, khususnya Persia yang merasa terhina oleh perlakuan pejabat Bani Umayyah.



Kelima, kebencian golongan Syiah. Bani Umayyah dibenci oleh golongan Syiah karena dipandang telah merampas kekhalifahan dari tangan Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Menurut golongan Syiah, khilafah (kepemimpinan atau kekuasaan politik) atau yang mereka sebut imamah adalah hak Ali dan keturunannya, karena diwasiatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kelompok Syiah, yang tidak pernah menyetujui pemerintahan Dinasti Umayyah dan tidak pernah memaafkan kesalahan mereka terhadap Ali dan Husain, kini semakin aktif dibanding masa-masa sebelumnya. Pengabdian dan ketaatan mereka terhadap keturuan Ahlu Bait berhasil menarik simpati publik. Di sekeliling mereka berkumpul orang-orang yang merasa tidak puas, baik dari sisi politik, ekonomi, ataupun sosial, terhadap pemerintahan Dinasti Umayyah. Di Irak, yang mayoritas penduduknya menganut paham Syiah, pada awalnya melakukan oposisi karena tidak diberi kebebasan, kini mulai berubah menjadi sentimen keagamaan. Sementara itu, di kalangan Sunni sekalipun, mereka ikut mengecam para khalifah karena teralu mementingkan kehidupan duniawi, serta mengabaikan hukum al-Quran dan Hadis. Mereka selalu berisaga penuh untuk menjatuhkan sanksi keagamaan terhadap segala bentuk penentangan yang mungkin muncul.

Adapun kebenaran,Wallahua'lam bisyoaf.... 

 
-->
-->
logoblog
Previous
« Prev Post